NASIONAL, Balinews.id – Sebanyak 554 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban eksploitasi online scam di Myawaddy, Myanmar, akhirnya berhasil dipulangkan ke tanah air, Senin (17/3/25).
Ratusan WNI tersebut diseberangkan ke Kota Maesot, Thailand, melalui 2nd Friendship Bridge. Para WNI berangkat melalui jalur darat selama sembilan jam menggunakan sembilan bis menuju Bandara Don Mueang Bangkok.
Ratusan WNI terdiri dari 449 laki-laki dan 105 orang perempuan. Kepulangan ratusan WNI ini berlangsung dalam dua tahap, yaitu sebanyak 400 orang pada tahap pertama, Selasa (18/3/25) dan 154 orang pada tahap kedua, dilakukan hari ini, Rabu (19/3/25).
Namun, dari total 554 WNI yang dipulangkan, ada 10 orang lagi yang masih tertahan dan belum dibisa dipulangkan dengan berbagai kendala dari Myawaddy, Myanmar.
Dikutip dari data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, adapun rincian asal daerah 554 WNI ini terdiri dari Sumatra Utara 133 orang, Jawa Barat 75 orang, Bangka-Belitung 68 orang, dan DKI Jakarta 51 orang.
Selannjutnya Sulawesi Utara 39 orang, Kalimantan Barat 27 orang, Riau 22 orang, Jawa Timur 22 orang, Kepulauan Riau 20 orang, Jawa Tengah 12 orang, Aceh 11 orang, dan Banten 9 orang.
Dari Nusa Tenggara Barat ada 9 orang, Lampung 8 orang, Sumatra Barat 4 orang, Sulawesi Tengah 4 orang, Bengkulu 4 orang, Jambi 3 orang, Bali 3 orang, Jogjakarta 2 orang, Papua Barat 2 orang, Kalimantan Selatan 2 orang, serta Kalimantan Timur dan Maluku-NTT masing-masing 1 orang.
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Polkam) Budi Gunawan mengatakan, selama di Myanmar, para WNI ini dipekerjakan di markas sindikat online scamming dan mengalami kekerasan fisik. Bahkan mereka juga diancam untuk diambil organ tubuhnya ketika tidak mencapai target yang ditetapkan oleh bandar. Selain itu, paspor mereka juga ditahan serta tidak diperkenankan untuk berkomunikasi dengan pihak luar termasuk keluarga.
Atas kejadian ini, para WNI yang memiliki keinginan bekerja di luar negeri untuk menggunakan jalur resmi serta lebih hati-hati dan tidak mudah terpengaruh oleh iming-iming yang tidak jelas. (*)