BULELENG, Balinews.id – Pariwisata thematik di Buleleng semakin diperkaya dengan kehadiran Wayang Wong, sebuah kebudayaan yang menjadi magnet bagi wisatawan yang menghargai keaslian budaya Bali. Wayang Wong, perpaduan seni Gambuh dan Parwa, telah menjadi bagian integral dari kehidupan budaya Desa Tejakula sejak abad ke-16, diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2015.
Program “Sledet Pregina” yang diadakan di Puri Kanginan Singaraja pada Minggu (30/6) lalu mengupas hubungan erat antara pariwisata dan Wayang Wong. Acara ini dihadiri oleh Drs. Gede Komang M.Si dan DR. Nyoman Dini Andiani, yang memaparkan pentingnya Wayang Wong sebagai atraksi budaya yang mendukung pariwisata berkelanjutan di Buleleng.
Menurut Gede Komang, Wayang Wong tidak hanya sebuah tarian sakral, tetapi juga telah dikembangkan sebagai pertunjukan seni yang mendunia. Tarian Wayang Wong Duplikat, yang mengadaptasi cerita Ramayana dengan Kandanya, telah sukses menarik perhatian baik di dalam maupun luar negeri sejak tahun 1990.
Nyoman Andini menambahkan bahwa konsep wisata thematik seperti Wayang Wong mampu menggali minat wisatawan yang ingin mendalami kekayaan budaya lokal. Dengan mempertahankan keaslian dan kelestarian budaya ini, Buleleng tidak hanya menawarkan atraksi seni yang unik tetapi juga pengalaman yang mendalam bagi pengunjung.
“Wayang wong ada sekian Kanda, hal-hal apa yang dilihat Wayang Wong bisa ditematikkan sebagai satu kesatuan tema yang membuat ketertarikan seseorang untuk merangkai dan dapat dibreakdown dalam tema tertentu. Wayang Wong tidak dimiliki oleh banyak desa di Bali,” imbuhnya.
Dalam konteks ini, hubungan yang harmonis antara budaya dan pariwisata menjadi krusial. Aktivitas masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam pariwisata budaya memberikan nilai tambah bagi pengalaman wisatawan, sambil memastikan bahwa nilai-nilai budaya dan tradisi tidak tergerus dalam proses komersialisasi pariwisata.
Dengan demikian, Wayang Wong bukan hanya sebuah atraksi seni, tetapi juga simbol keberlanjutan pariwisata yang menghargai kearifan lokal dan kekayaan budaya Bali. (*)