BADUNG, BALINEWS.ID – Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Bali akan menggelar ASITA 2nd Year End Gathering 2025 pada Senin, 22 Desember 2025, bertempat di The Laguna, a Luxury Collection Resort & Spa, Nusa Dua. Dalam momentum ini, ASITA Bali sekaligus akan meluncurkan Calendar of Event ASITA Bali Tahun 2026 sebagai peta jalan kegiatan organisasi dan penguatan promosi pariwisata Bali ke depan.
Tidak hanya berfokus pada industri perjalanan wisata, ASITA Bali juga menegaskan peran sosialnya melalui program ASITA Care. Melalui program ini, ASITA telah melakukan berbagai aksi kemanusiaan, mulai dari penyaluran bantuan bagi korban banjir di Kabupaten Jembrana, kegiatan donor darah, hingga program bedah rumah di Kabupaten Karangasem. Inisiatif ini menjadi wujud komitmen ASITA untuk hadir dan memberi manfaat langsung bagi masyarakat Bali.
Ketua ASITA Bali I Putu Winastra mengungkapkan bahwa kontribusi ASITA terhadap kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang 2024–2025 mencapai 65 persen, sementara 35 persen lainnya ditangani oleh online travel agent (OTA). Lebih dari 60 persen pasar ASITA berasal dari long haul dan quality market, seperti Eropa, Amerika, dan Timur Tengah.
“Kami membawa tamu dari sebelum kedatangan sampai di sini dan kembali lagi ke negaranya. Itu tugas kami,” ujar Winastra. Ia menegaskan bahwa pasar-pasar tersebut tidak dapat ditangani secara optimal oleh OTA saja, sehingga ASITA berperan sebagai growth stabilizer dan quality controller pariwisata Bali.

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi sektor pariwisata, Winastra berharap agar pariwisata Bali terus membaik dan memiliki daya saing yang semakin tinggi di tingkat global. Ia pun mengingatkan pentingnya peran media dan pegiat digital dalam menjaga citra Bali.
“Kepada teman-teman, pegiat media sosial, media, kemudian media mainstream. Kalau bisa janganlah terlalu mengekspose sesuatu yang negatif terhadap Bali. Ketika Bali ini ditinggalkan, yang rugi kan kita juga,” tegasnya.
Lebih lanjut, Winastra memaparkan enam pasar utama ASITA, yakni Australia dengan minat surfing, wellness, dan family trip; India yang ditopang penerbangan langsung; serta China, Eropa, Middle East, dan ASEAN. Selain itu, ASITA juga menyiapkan pasar emerging 2026, seperti Amerika Serikat dan Kanada, Korea Selatan dan Jepang, serta Afrika Selatan, yang dikenal sebagai pasar bernilai tinggi dan cenderung long stay.
Dalam kesempatan tersebut, Winastra yang juga menjabat sebagai Konsul Kehormatan Kazakhstan untuk Balimenyoroti berbagai tantangan pariwisata Bali, mulai dari overcrowding di Canggu, Ubud, dan Kuta, persoalan transportasi dan kemacetan, hingga maraknya pelaku usaha ilegal di sektor perjalanan, transportasi, pemandu, dan akomodasi. Selain itu, tekanan daya dukung lingkungan, kualitas SDM yang belum merata, serta komersialisasi budaya juga menjadi perhatian serius.
Ia juga mendorong agar Bali memiliki satu pintu kehumasan atau PR resmi untuk menjawab isu-isu pariwisata di tingkat internasional.
“Kami juga menyarankan kepada Pak Gubernur agar Bali memiliki satu PR, karena selama ini belum ada. Nantinya PR ini yang akan menjawab isu-isu kepariwisataan Bali kepada wisatawan asing agar jelas,” ujarnya.
ASITA Bali turut menyampaikan rekomendasi strategi 2026, di antaranya diversifikasi destinasi dan redistribusi wisatawan, penguatan standardisasi dan legalitas, transformasi digital dan AI marketing, pengembangan paket premium dan experiential, penguatan SDM, hingga branding Bali sebagai destinasi berkualitas dan berkelanjutan, bukan mass tourism.
Acara ini dijadwalkan dihadiri oleh perwakilan Kementerian Pariwisata RI, Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Provinsi Bali, pemerintah kabupaten/kota se-Bali, serta pelaku industri pariwisata, asosiasi profesi, maskapai penerbangan, perhotelan, dan mitra strategis lainnya. (*)

