BALINEWS.ID – Pada Sabtu, 1 Maret 2024, komunitas teknologi dan pencinta kecerdasan buatan (AI) berkumpul di DNA Art & Creative Hub, Denpasar, untuk mengikuti seminar Bali AI Connect. Acara ini bukan sekadar seminar biasa—ini adalah titik temu bagi para inovator, pengusaha, dan akademisi yang ingin memahami serta mengembangkan AI di Indonesia.
Dengan menghadirkan para pemimpin industri seperti Daniel Santoso (Founder Alpha Digital) dan Fian Febrian (CEO Maleo AI), sesi ini menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana AI membentuk berbagai sektor di Tanah Air.
Dalam momentum yang lebih besar, seminar ini menjadi bagian dari Denpasar Teknologi Informasi dan Komunikasi Festival (D’TIK Fest) 2025. Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, menegaskan bahwa D’TIK Fest ke-13 ini membawa misi untuk mengenalkan serta mengedukasi masyarakat tentang teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan semangat Vasudhaiva Kutumbhakam—konsep bahwa dunia adalah satu keluarga—Denpasar berupaya membangun ekosistem digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Festival ini bukan hanya ajang pameran teknologi, tetapi juga wadah kolaborasi bagi startup, akademisi, dan pemerintah dalam mengembangkan inovasi digital di Denpasar,” ujar Kadek Agus Arya Wibawa dalam jumpa pers di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) Denpasar.
Dalam pemaparannya, Fian Febrian, CEO Maleo AI, menyoroti tren adopsi AI yang terus meningkat secara global.
“Pada Januari 2024, sekitar 42% perusahaan besar telah mengimplementasikan teknologi AI,” jelasnya.
Tren ini menunjukkan betapa cepatnya transformasi digital terjadi di berbagai sektor industri, dari keuangan hingga layanan kesehatan.
Menurut Fian, AI tidak hanya meniru proses otak manusia dalam pengambilan keputusan, tetapi juga meningkatkan efisiensi secara signifikan.
“Misalnya, dalam industri asuransi, AI bisa digunakan untuk pelabelan gambar dalam klaim asuransi. Sementara di sektor kesehatan, AI berperan dalam klasifikasi penyakit melalui teknik deep learning.”
Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam memahami bagaimana AI dapat berinteraksi dengan manusia di tempat kerja.
“Di masa depan, pasar tenaga kerja akan semakin didominasi oleh talenta global yang terhubung. Kecerdasan emosional dan kemampuan belajar yang terus berkembang akan menjadi kunci sukses dalam ekosistem yang semakin digerakkan oleh AI.”
Sementara itu, Daniel Santoso dari Alpha Digital mengajak peserta untuk lebih kritis terhadap perkembangan AI saat ini.
“Tren pembelajaran mesin sekarang lebih banyak berfokus pada curve-fitting daripada pemahaman yang sebenarnya. Ini berarti AI masih bergantung pada pola data, bukan pemahaman konseptual yang mendalam,” jelasnya.
Daniel juga membahas sejarah panjang AI, mulai dari eksperimen pada 1950-an hingga era Large Language Models (LLM) seperti GPT-4 dan Claude 3.
“Teknologi ini memberikan kemampuan luar biasa bagi pengembang dan pengguna, tetapi kita tetap harus memahami batasannya. AI masih belum bisa benar-benar memahami emosi manusia, meskipun semakin pintar dalam memproses bahasa alami.”
Di Indonesia sendiri, AI masih dalam tahap awal perkembangannya. Namun, baik Fian maupun Daniel sepakat bahwa AI harus dioptimalkan tidak hanya untuk sektor ekonomi, tetapi juga dalam bidang pertanian, pendidikan, dan layanan publik.
“Dengan pemanfaatan yang tepat, AI dapat membantu mempercepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas,” ujar Daniel.
Sebagai bagian dari D’TIK Fest, Bali AI Connect hanyalah salah satu dari banyak inisiatif yang bertujuan membangun ekosistem digital di Bali.
Acara lainnya, seperti Mandala Blockchain Academy, Workshop Bali AI Connect, Coding Academy, hingga kompetisi e-Sport dan Lomba Video Potensi Desa-Kelurahan, semakin memperkaya lanskap inovasi digital di Denpasar.
Menurut Indra Puspita dari Indigo Space Bali, seminar ini adalah awal dari rangkaian Indigo AI Connect yang akan digelar sepanjang 2025 di berbagai kota di Indonesia.
“Kami ingin menyediakan fasilitas berupa mentor dan materi pendidikan tentang AI, sehingga masyarakat di Bali, khususnya di Denpasar, bisa lebih memahami teknologi ini dan menggunakannya secara maksimal.”
Seminar Bali AI Connect membuktikan bahwa AI bukan lagi konsep futuristik, melainkan realitas yang sudah mulai diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan dukungan pemerintah, komunitas startup, serta lembaga pendidikan, Bali bisa menjadi salah satu pusat pengembangan AI di Indonesia.
Dari sesi diskusi hingga networking antar peserta, acara ini menegaskan bahwa masa depan teknologi di Indonesia ada di tangan mereka yang siap beradaptasi dan berkolaborasi. Seiring dengan semakin berkembangnya AI, tantangan etika, regulasi, dan inklusivitas harus terus dibahas agar transformasi digital benar-benar memberikan manfaat bagi semua.
Dengan semakin banyaknya forum seperti Bali AI Connect, harapan untuk membangun ekosistem AI yang berkelanjutan di Indonesia semakin nyata. Bagi masyarakat Denpasar, ini adalah awal dari perjalanan panjang menuju kota pintar yang didukung oleh inovasi dan teknologi. (*)