GIANYAR, BALINEWS.ID – Setelah perjalanan panjang selama 40 jam dari Cornwall, Inggris, spesies burung endemik perkici dada merah cerah, akhirnya menjejak tanah di Bali. Burung yang juga dikenal dengan nama Lorikeet Mitchellii ini nyaris punah dari habitat aslinya.
Kini, burung yang akrab dijuluki masyarakat Bali sebagai “burung Atat” kembali hadir, membawa harapan besar bagi upaya pelestarian satwa langka di Pulau Dewata.
Di Taman Safari Bali, sebuah pusat konservasi baru diresmikan khusus untuk mereka melalui Lorikeet Breeding Centre. Di sinilah, 20 ekor burung Atat, 10 jantan dan 10 betina, akan memulai babak baru kehidupannya.

Founder Taman Safari Indonesia, Drs. Jansen Manansang, menegaskan pentingnya kordinasi internasional dan dukungan dari Kementerian Kehutanan dalam mendukung langkah ini.
“Konservasi satwa tidak bisa berdiri sendiri, maka dari itu, kami bekerjasama dengan kementerian kehutanan, disinilah point of relationship kita. Konservasi itu bukan hanya sekedar menyelamatkan satu spesies, tetapi juga melindungi ekosistemnya,” terang Jansen, Jumat (26/9).
Ia menjelaskan, pemulangan burung ini merupakan hasil koordinasi lintas negara bersama World Parrot Trust. Harapannya, setelah dikonservasi dan dikembangbiakkan, burung Atat bisa kembali terbang bebas di habitat aslinya. Sepasang burung yang tiba bahkan diberi nama simbolis, yakni jantan diberi nama Arya dan betina Galih, melambangkan awal baru bagi kehidupan mereka.

Makna pelestarian ini juga ditegaskan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dr. I Wayan Sunada. Menurutnya, langkah tersebut selaras dengan visi Misi pembangunan Bali, yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
“Ini sejalan dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali dengan melestarikan satwa endemik. Apalagi burung ini kan asli Bali, tapi justru tidak ada di sini,” jelas Sunada.
Dalam momen penuh simbol itu, Sunada memberikan nama unik untuk sepasang burung atat yakni Ketut Atat untuk jantan dan Ni Luh Atit untuk betina.
“Nama Ketut itu hampir punah di Bali. Jadi agar tidak punah, maka sepasang burung ini diberi nama Ketut Atat dan Ni Luh Atit,” tegasnya.
Nantinya, setelah melalui proses breeding dan konservasi, burung Atat ini akan dilepasliarkan kembali di Bali, sebuah simbol kembalinya kehidupan yang pernah hilang dari tanah kelahirannya. (*)