BALI, BALINEWS.ID – Tangisan bayi di tengah malam kerap membuat para orang tua panik dan kebingungan. Meski dianggap hal yang wajar, tangisan malam hari sebenarnya bisa menjadi tanda bahwa bayi sedang berusaha menyampaikan sesuatu. Para ahli menjelaskan, ada beberapa penyebab umum yang membuat bayi sering terbangun dan menangis di malam hari.
Salah satu faktor utama adalah rasa lapar. Bayi, terutama yang berusia di bawah enam bulan, masih membutuhkan asupan nutrisi secara berkala, termasuk saat malam hari. Tangisan bisa menjadi cara bayi memberi tahu bahwa ia ingin menyusu. Selain lapar, popok basah atau kotor juga dapat membuat bayi merasa tidak nyaman, sehingga ia menangis untuk meminta diganti.
Penyebab lainnya adalah rasa tidak nyaman pada suhu sekitar. Bayi bisa menangis karena merasa terlalu panas atau kedinginan. Kondisi kamar yang terlalu pengap, lampu yang terlalu terang, atau bising juga dapat mengganggu tidurnya.
Menurut psikolog anak, bayi juga bisa menangis karena mencari kenyamanan emosional. Pada usia dini, bayi sangat bergantung pada pelukan dan kehadiran orang tuanya. Ketika merasa sendirian di malam hari, mereka bisa menangis untuk mencari rasa aman.
Selain itu, gangguan pencernaan ringan seperti kolik juga sering membuat bayi rewel di malam hari. Kondisi ini biasanya disertai tangisan yang keras dan sulit ditenangkan, terutama pada jam-jam tertentu setelah makan.
Pakar kesehatan anak menyarankan agar orang tua tidak langsung panik saat bayi menangis. Sebaiknya periksa satu per satu kemungkinan penyebabnya—mulai dari mengganti popok, memastikan suhu kamar nyaman, hingga menyusui jika bayi lapar. Bila tangisan berlangsung terus-menerus dan disertai gejala lain seperti demam, ruam, atau muntah, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter anak.
Menangis adalah cara utama bayi berkomunikasi dengan orang dewasa. Dengan memahami penyebabnya, orang tua dapat lebih mudah menenangkan si kecil dan memastikan tidurnya kembali nyenyak.