INTERMESO, BALINEWS.ID – Hari suci “Banyupinaruh” adalah permata spiritual yang lahir sehari setelah perayaan “Hari Saraswati”.
Pada hari ini, umat Hindu melakukan penyucian diri dengan mandi di laut, danau, sungai, atau sumber mata air suci. Ritual ini bukan sekadar pembersihan jasmani, tetapi juga pembasuhan rohani sebuah pengingat bahwa ilmu harus selalu menyatu dengan kesucian hati.
Luh Irma Susanthi, seorang Koordinator Penyuluh Agama Hindu di Kecamatan Kubutambahan menjelaskan bahwa kata Banyupinaruh beradal dari kata Banyu dan Pinaruh. Secara etimologis, “Banyu” berarti air, sementara “Pinaruh” berasal dari kata “pinawruh” yang bermakna pengetahuan atau kebijaksanaan.
Banyupinaruh pun menjadi simbol bahwa pengetahuan sejati tidak hanya dihafalkan atau dipahami, melainkan harus disucikan melalui laku spiritual, agar ilmu yang dimiliki tidak kering dan hampa, tetapi memberi kesejukan bagi sesama.
Banyupinaruh dan Empat Dimensi Bhakti kepada Catur Guru
Banyupinaruh menemukan maknanya dalam penghormatan kepada Catur Guru, empat guru utama dalam kehidupan:
- Guru Swadyaya – Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber pengetahuan sejati. Mandi suci pada Banyupinaruh adalah simbol “amrta-sevana”, menyatukan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam Bhagavad Gītā (IV.38) disebutkan
“Sesungguhnya tiada penyuci yang lebih agung di dunia ini daripada pengetahuan sejati.”
- Guru Rupaka – Orang tua yang memberi kehidupan. Dengan menyucikan diri, umat Hindu diajak mengingat kasih dan pengorbanan orang tua. Tanpa bakti kepada mereka, ilmu hanyalah sungai kering yang kehilangan sumber alirannya.
- Guru Pengajian – Para pendidik yang menuntun jalan ilmu. Bila Saraswati memberi cahaya, Banyupinaruh adalah laku untuk menyucikan cahaya itu. Manava Dharmasastra II.145 menegaskan:
“Hormatilah guru, ibu, dan ayah sebagai perwujudan dewa di dunia.”
Ilmu yang disucikan akan menjadi suluh, menerangi jalan kehidupan.
- Guru Wisesa – Pemimpin dan pemerintah. Pemimpin yang bersih laksana sumber air jernih yang menyejukkan rakyatnya. Banyupinaruh mengingatkan bahwa penyucian diri pribadi harus seiring dengan penyucian sosial membangun harmoni, keteraturan, dan kedamaian.
Air sebagai Simbol Kehidupan dan Pengetahuan
Air, dalam kosmologi Hindu, adalah lambang Dewa Wisnu, pemelihara semesta. Air selalu mengalir ke tempat rendah, mengajarkan kerendahan hati. Air mampu memadamkan api, sebagaimana pengetahuan mampu menyejukkan kemarahan.
Dalam tubuh manusia pun mengalir air suci yang disebut Panca Tirtha, yang menghidupkan 72.000 nadi. Dari sinilah lahir kesadaran bahwa pengetahuan adalah tirta yang menyucikan hati nurani, menuntun manusia menjadi lebih arif dan bijaksana.
Ritual Banyupinaruh: Kumkum sebagai Simbol Kesucian
Sebelum mandi suci (kumkum), umat membersihkan diri dengan keramas dan mandi biasa. Air kumkum disiapkan dari bunga-bunga berwarna putih, merah, kuning, biru, dan daun pandan wangi, lalu disucikan dengan doa:
Oṁ apavitraḥ pavitro vā, sarvāvasthāṁ gato’pi vā,
yaḥ smaret puṇḍarīkākṣaṁ, sa bāhyābhyantaraḥ śuciḥ
Oṁ Śrī Viṣṇu, Śrī Viṣṇu, Śrī Viṣṇu Oṁ.Doa keramas: Om Dewi Gangga Namurteya Namaha (24x).
Doa mandi: Om Gangga Amrita Sarira Suddhamam Swaha (24x).
Air kumkum tidak dilap setelah mandi, melainkan dibiarkan mengering sendiri, sebagai simbol penyatuan diri dengan kesucian alam.
Makna Hakiki Banyupinaruh
Hakikat Banyupinaruh adalah menyatukan ilmu dengan bhakti, menyucikan diri agar pengetahuan tidak hanya menjadi kecerdasan intelektual, tetapi juga kebijaksanaan spiritual. Ia adalah pengingat bahwa air pengetahuan akan selalu mengalir kepada mereka yang rendah hati, dan menyejukkan dunia dengan cinta kasih.
Banyupinaruh bukan sekadar mandi suci, melainkan perjalanan menuju pencerahan di mana ilmu, kesucian, dan bhakti berpadu menjadi suluh kehidupan. (TimNewsyess)