DENPASAR, BALINEWS.ID – Citra Bali sebagai destinasi wisata dunia kembali diuji. Sepanjang 2025, pulau ini masih menjadi sasaran empuk jaringan narkotika, termasuk sindikat lintas negara yang memanfaatkan arus wisatawan asing dan celah ekonomi global.
Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali mengungkapkan bahwa peredaran narkoba di Bali tak hanya melibatkan warga lokal, tetapi juga didominasi jaringan dari luar daerah hingga warga negara asing (WNA). Kondisi ini menempatkan Bali sebagai pasar potensial narkotika, sekaligus jalur strategis peredaran gelap.
Kepala BNNP Bali Brigjen Pol Budi Sajidin menyatakan, berdasarkan pemetaan intelijen selama 2025, Bali masih berada dalam kategori wilayah rawan. Dari total 62 tersangka kasus narkotika yang diungkap, sebanyak 17 di antaranya merupakan WNA.
“Bali tidak hanya menjadi tempat konsumsi, tetapi juga sasaran distribusi. Ini ancaman serius karena melibatkan jaringan lintas daerah dan lintas negara,” ujar Budi saat konferensi pers pengungkapan kasus narkotika, Selasa (23/12).
Sepanjang 2025, BNNP Bali berhasil mengungkap 56 perkara narkotika, melampaui target yang ditetapkan. Barang bukti yang diamankan menunjukkan pergeseran pola peredaran, terutama pada jenis narkotika yang menyasar kalangan wisatawan asing seperti kokain, THC, hingga hasis, selain ganja dan sabu yang masih mendominasi konsumsi domestik.
BNNP Bali juga memberi peringatan dini terkait potensi lonjakan peredaran narkoba pada 2026. Tekanan ekonomi global akibat dinamika geopolitik dinilai berpotensi mendorong keterlibatan masyarakat sebagai kurir maupun pengedar.
“Situasi ekonomi yang tidak stabil sering dimanfaatkan jaringan narkoba. Mereka merekrut orang-orang yang terdesak kebutuhan,” ungkap Budi.
Di sisi lain, BNNP Bali menekankan pendekatan rehabilitasi sebagai upaya memutus mata rantai penyalahgunaan narkoba. Sepanjang 2025, sebanyak 663 pecandu mengikuti program rehabilitasi gratis tanpa proses pidana, dengan jaminan kerahasiaan bagi pelapor sukarela.
Upaya pencegahan juga diperluas hingga tingkat desa melalui pembentukan Desa Bersinar, pararem anti narkotika, dan ribuan relawan anti narkoba. Namun, tantangan terbesar tetap berada pada pengawasan jalur masuk narkotika, khususnya melalui paket kiriman cepat dan mobilitas wisatawan asing.
Menjelang Natal dan Tahun Baru, BNNP Bali bersama Polda Bali dan Bea Cukai meningkatkan operasi terpadu, termasuk razia di tempat hiburan malam, tes urin sopir angkutan umum, serta pengawasan ketat di pelabuhan dan bandara.
“Kami menemukan narkotika yang dikirim dari luar Bali dan direncanakan digunakan saat perayaan tahun baru. Ini bukti bahwa momen liburan rawan dimanfaatkan sindikat,” kata Kabid Pemberantasan BNNP Bali Kombes Pol Sinar Subawa.
BNNP Bali menegaskan, tanpa keterlibatan aktif masyarakat dan pengawasan kolektif, Bali berisiko terus menjadi target jaringan narkoba internasional. Sinergi aparat penegak hukum, pemerintah daerah, dan masyarakat dinilai menjadi kunci menjaga Bali tetap aman dan bersih dari narkoba.

