GIANYAR, BALINEWS.ID – Jagat media sosial dihebohkan oleh unggahan akun Ezra Wisqey yang membeberkan kisah pilu kematian anaknya yang baru berusia 3 bulan. Dalam unggahan yang sempat diunggah namun kini telah dihapus, Ezra menduga bayi perempuannya meninggal akibat over dosis obat yang diberikan di salah satu rumah sakit daerah (plat merah) di Gianyar.
Unggahan yang sempat disimpan oleh media ini menyampaikan permohonan Ezra kepada sejumlah tokoh publik di Bali, termasuk anggota DPD RI asal Bali Dr. Arya Wedakarna dan aktivis sosial Ni Luh Djelantik.
“Yang terhormat senator Bali Dr. Arya Wedakarna, #infogianyar dan yang terhormat NILUH DJELANTIK saya memohon keadilan atas musibah yang menimpa keluarga kami, kami kehilangan anak perempuan umur 3 bulan yang meninggal akibat overdosis sehingga gagal jantung dan pecah pembuluh darah…” tulis Ezra.
Dalam narasinya, Ezra mengaku membawa anaknya ke IGD rumah sakit daerah karena demam tinggi. Setelah sempat diberi paracetamol lewat anus dan diminta pulang sambil menunggu observasi, kondisi anaknya sempat membaik namun kembali memburuk. Hingga akhirnya mereka membawa kembali sang bayi ke poli anak di RS tersebut.
Ia menyebutkan bahwa anaknya sempat diberikan infus dan beberapa jenis obat termasuk paracetamol dan ranitidine. Kondisi bayi disebut sempat membaik, namun berubah drastis saat diberikan antibiotik. Bayinya menangis histeris, namun respons dari petugas dinilai kurang tanggap.
“Saya sempat melaporkan hal tersebut ke petugas penjaga, namun beliau hanya memeriksa kondisi pampers dan menyarankan beri minyak angin. Anak kami terus menangis,” tulis Ezra.
Tanggal 6 Agustus 2025, kondisi bayi kembali memburuk usai mendapat suntikan obat melalui selang infus. Sang bayi kembali menangis histeris, hingga akhirnya tenang dan kembali menyusu. Namun, sekitar pukul 12.00 siang, seorang suster datang membawa obat yang disebut “decease”. Ezra sempat menanyakan hasil lab, namun suster mengaku tidak tahu. Ia juga mengaku tidak mengetahui jenis obat yang disuntikkan, karena tidak dijelaskan sebelumnya.
“Setelah obat disuntikkan sekitar 250 mil, anak saya kaget dan mukanya langsung menghitam. Seketika istri saya histeris,” lanjutnya.
Menurut Ezra, saat kejadian tidak ada dokter spesialis yang standby, hanya dokter jaga. Penanganan sempat dilakukan selama dua jam, namun bayi tidak tertolong.
Lebih mengejutkan, pihak rumah sakit disebut mengakui bahwa penyuntikan dilakukan oleh seorang tenaga pelatihan sekolah (trening) tanpa pendampingan dokter. Ezra menilai ini sebagai bentuk kelalaian serius dari pihak rumah sakit.
“Kami sudah berdiskusi panjang lebar… namun pihak rumah sakit tidak menanggapi permintaan pertanggungjawaban, hanya meminta maaf dan berjanji akan berusaha lebih baik lagi,” tulisnya.
Ezra pun menuntut adanya tindakan tegas terhadap pihak yang telah melakukan kelalaian medis tersebut.
“Kami sekeluarga dengan sangat memohon agar hal ini bisa dibantu dan diteruskan ke pihak RS untuk pertanggungjawaban. Tolong tindak tegas orang yang telah melakukan kelalaian medis sehingga anak kami harus meregang nyawa karena overdosis,” tutup unggahan tersebut.
Sementara itu, saat dikonfirmasi oleh media ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, Dra. Nyoman Ariyuni menyatakan masih menunggu hasil audit internal.
“Siap jebos gih, kari audit (baik, sebentar ya. Masih audit),” ujar Ariyuni singkat.