BANGLI, BALINEWS.ID – Peristiwa tragis meninggalnya seorang siswa sekolah dasar di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, karena dugaan bunuh diri kembali mengguncang masyarakat. Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Provinsi Bali menyatakan keprihatinan mendalam dan mengajak semua pihak untuk tidak hanya berduka, tetapi juga mulai bergerak aktif dalam upaya pencegahan.
Komisioner Bidang Pendidikan KPAD Bali, Made Ariasa, menegaskan bahwa kasus-kasus serupa sebenarnya sudah beberapa kali terjadi di Bali, namun sayangnya masih banyak yang menganggap peristiwa ini sebagai “takdir” atau “jalan hidup” semata, tanpa mau menggali penyebab mendasarnya.
“Tak ada asap jika tidak ada api. Tidak ada akibat tanpa sebab. Anak tidak akan memilih untuk mengakhiri hidupnya tanpa ada latar belakang tertentu. Maka tugas kitalah, mulai dari keluarga, masyarakat, tokoh-tokoh, hingga pemerintah dan aparat, untuk mencari tahu kenapa itu bisa terjadi,” ujar Ariasa.
Ia menambahkan, pencarian penyebab bukan untuk saling menyalahkan, melainkan demi menemukan akar masalah agar solusi bisa dirumuskan, terutama untuk mencegah agar kasus serupa tidak terus terulang.
Berdasarkan kunjungan langsung KPAD Bali ke berbagai kasus sebelumnya, ditemukan bahwa banyak anak-anak yang mencoba atau melakukan bunuh diri memiliki latar belakang kekerasan—baik fisik, psikologis, maupun dalam bentuk diskriminasi dan bullying. Potensi kekerasan ini seringkali tidak disadari terjadi di rumah, sekolah, atau lingkungan bermain anak.
“Sudah saatnya kita semua, tanpa terkecuali, lebih peka dan mau belajar bersama. Mulailah dari lingkungan terdekat kita—keluarga. Jadilah pendengar yang baik bagi anak, bukan hanya hakim. Jangan biarkan mereka merasa sendirian,” pesan Ariasa.
KPAD Bali juga mengajak masyarakat untuk tidak ragu melapor jika melihat tanda-tanda anak yang mengalami tekanan mental, serta meminta sekolah dan lembaga pendidikan lebih aktif dalam menciptakan ruang aman dan ramah anak. (bip)