GIANYAR, BALINEWS.ID — Seniman kontemporer Daniel Kho kembali hadir dengan pameran terbarunya bertajuk *“la pHiye”*, yang akan dipentaskan di Balimoon Gallery, Kemenuh, Gianyar pada pertengahan Desember 2025. Pameran ini menjadi salah satu agenda penting di akhir tahun, di tengah kesibukan Daniel yang tampil di lima lokasi berbeda di Bali maupun luar daerah.
Daniel Kho, seniman kelahiran Solo yang lama menetap di Eropa, khususnya Jerman dan kini berdomisili di Bali, dikenal dengan gaya visualnya yang eksentrik. Perjalanan lintas budaya dan pengalaman panjangnya di dunia seni menjadikan karya-karyanya memiliki karakter yang kuat, unik, dan sarat simbol.
Kurator sekaligus seniman, Aricadia, menggambarkan kesempatan menggarap tulisan kurasi untuk pameran ini sebagai ajakan memasuki “lorong dimensi lain”. Menurutnya, memahami karya Daniel sama seperti menelusuri proses sublimasi atau mengolah kegelisahan, dorongan batin, hingga absurditas menjadi simbol visual yang matang.
“Untuk menulis tentang Daniel, saya harus menyelami kesadaran kreatifnya. Ia bergerak bebas, menolak batas kewajaran, dan selalu menghadirkan kejutan dalam setiap pertemuan,” ujar Aricadia.
Daniel dikenal sebagai pribadi dengan karakter unik. Ia bisa tampil sederhana di satu waktu, lalu eksentrik pada kesempatan lain. Pendekatan artistiknya mencerminkan kebebasan mutlak dalam mencipta identitas, sebuah praktik yang mengingatkan pada pemikiran Jean-Paul Sartre tentang manusia yang selalu melahirkan dirinya kembali.
Salah satu daya tarik utama karya Daniel adalah gaya Neo–Extraterrestrial–Pop, sebuah pendekatan visual yang menggabungkan unsur etnik, figur “alien”, budaya pop, humor, hingga folklore. Dalam perspektif kuratorial, gaya ini menciptakan dunia estetik baru yang mengajak publik memasuki realitas imajinatif sang seniman.
“Makhluk-makhluk asing dalam karyanya terasa dekat, bahkan menjadi cermin bagi diri kita. Yang tampak aneh justru menemukan tempatnya dalam pengalaman manusia sehari-hari,” lanjut Aricadia.
Di balik kesan nyentrik, Daniel tetap mempertahankan sisi kesederhanaan. Hal itu tampak ketika ia menerima kunjungan Pranoto, seniman senior, di studionya di Tegallalang. Suasana pertemuan yang akrab, penuh tawa dan cerita masa lalu, menunjukkan Daniel sebagai sosok yang membumi dalam keseharian.
“Daniel hidup di dua tepi, kesederhanaan bumi dan keanehan langit. Pertemuan kedua dunia itu tampak jelas dalam cara ia berinteraksi dan berkarya,” kata Aricadia.
Bali, khususnya Kemenuh, menjadi ruang kreatif yang memperkuat resonansi gagasan Daniel. Pameran “la pHiye” di Balimoon Gallery diharapkan menjadi momentum bagi publik untuk melihat lebih dekat proses kreatif serta keberanian sang seniman dalam menembus batas-batas visual.
Aricadia menutup catatannya dengan pesan bahwa karya Daniel menghadirkan sesuatu yang lebih dari sekadar estetika. “Yang dibawa pulang dari perjumpaan dengan karyanya adalah keberanian untuk menjadi berbeda, dan kejujuran untuk menjadi diri sendiri.”
Pameran “la pHiye” akan dibuka pada medio Desember 2025 di Balimoon Gallery and Resto, Jl. Ir. Sutami, Kemenuh, Sukawati, Gianyar. Publik diharapkan hadir untuk menyaksikan dialog visual penuh imajinasi dari salah satu seniman paling unik di Bali saat ini. (*)

