DENPASAR, Balinews.id – Bank Indonesia (BI) bersama Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) menggelar sosialisasi penggunaan QRIS Cross Border melalui kegiatan bertajuk SAKIRA (Saatnya Kita Berkarya) dengan tema Bali Bersih & Lestari: Kolaborasi Pariwisata untuk Masa Depan, Rabu (4/6/2025), di Denpasar.
Acara ini dihadiri oleh para anggota ASITA, perwakilan Hotel General Manager Association (HGMA), dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), sebagai bagian dari perluasan edukasi dan akseptasi transaksi digital di sektor pariwisata.
Dalam sambutannya, Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Indra Gunawan Sutarto, menyampaikan bahwa QRIS Cross Border merupakan inovasi sistem pembayaran digital lintas negara yang memungkinkan wisatawan maupun pelaku usaha melakukan transaksi dengan mudah, hanya dengan memindai QR code, tanpa perlu menukar mata uang asing.
“Apabila merchant di luar negeri sudah menyediakan QR Code, Bapak Ibu cukup membuka aplikasi perbankan di smartphone, kemudian scan QRIS, itu sudah langsung bisa diterima pembayarannya di negara yang dikunjungi. Begitu juga sebaliknya, wisatawan luar negeri yang berkunjung ke Bali juga bisa melakukan hal yang sama,” ujarnya.
Selain menyosialisasikan QRIS Cross Border sebagai solusi praktis untuk transaksi wisata lintas negara, acara ini juga menjadi wadah dialog antar pelaku pariwisata. Dalam sesi talkshow dan tanya jawab, para peserta lebih banyak menyoroti isu-isu aktual di sektor pariwisata Bali, seperti persoalan sampah, kemacetan, dan ketertiban usaha pariwisata.

Ketua DPD ASITA Bali, I Putu Winastra, menjelaskan bahwa ASITA tidak hanya mendukung transformasi digital melalui QRIS, tetapi juga aktif terlibat dalam berbagai tim percepatan pembangunan daerah yang digagas oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster.
“Kebetulan juga dalam tim percepatan ini, ASITA dipercaya masuk di beberapa tim, seperti menjadi koordinator PWA, kemudian tim Badan Pengelola Pariwisata Bali, dan pengawasan orang asing. Jadi ASITA mendapatkan banyak peran dalam percepatan pembangunan Bali,” jelasnya.
Ia juga mengajak seluruh pelaku pariwisata untuk turut serta menjaga kekompakan dan memberikan kontribusi nyata dalam penataan sektor ini, termasuk dengan memberikan laporan jika menemukan usaha pariwisata yang belum berizin.
“Kami mohon informasi dan masukan dari Bapak Ibu, seandainya menemukan industri pariwisata belum berizin tapi sudah beroperasi, mohon bisa disampaikan kepada kami agar bisa segera ditindaklanjuti,” tambahnya.
Sementara itu, QRIS Cross Border saat ini telah terhubung dengan negara-negara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Uji coba akan diperluas ke Jepang dan Tiongkok mulai 17 Agustus 2025, lalu menyusul Korea dan India.
Hingga April 2025, tercatat 24.000 transaksi inbound QRIS Cross Border di Bali dengan total nilai mencapai Rp7,1 miliar. Angka ini terus menunjukkan peningkatan, seiring upaya Bank Indonesia untuk memperluas penggunaan QRIS di kalangan wisatawan mancanegara.
Melalui kegiatan ini, diharapkan sinergi antara transformasi digital dan kolaborasi antar pelaku industri dapat menjadi fondasi kuat bagi masa depan pariwisata Bali yang lebih berkelanjutan. (*)