BANGLI, BALINEWS.ID – Sebuah kisah pelarian narapidana terjadi di Bangli. Seorang tahanan kasus narkotika dari Lembaga Pemasyarakatan Narkotika (Lapastik) Kelas IIA Bangli, berinisial FM (33), nekat melarikan diri dari RSU Bangli pada Senin (15/9/2025) dini hari. Namun, bukan untuk melarikan diri selamanya, ia kabur hanya karena alasan rindu dengan kakeknya. Alih-alih melarikan diri jauh, ia justru ditemukan kembali oleh petugas dalam kondisi duduk merenung di pinggir jalan, seolah menyesali perbuatannya.
FM, yang sedang menjalani hukuman lima tahun, telah dua tahun mendekam di Lapas Bangli dan dikenal berperilaku baik. Ia dibawa ke RSU Bangli pada Sabtu (13/9/2025) karena mengalami sesak napas. Karena penyakitnya menular, ia dirawat di ruang isolasi dengan tangan diborgol ke ranjang sebagai prosedur standar.
Namun, pada Senin dini hari sekitar pukul 03.15 WITA, ketika petugas jaga kembali dari toilet, FM sudah tidak berada di ruang perawatan. Rekaman CCTV menunjukkan ia dengan berani melepaskan paksa borgol dan infus, lalu meninggalkan rumah sakit.
Pihak Lapas segera melancarkan pencarian besar-besaran di berbagai lokasi. Setelah hampir dua jam, pada pukul 05.30 WITA, di tengah guyuran hujan lebat, petugas menemukan FM. Ia tidak sedang bersembunyi atau melanjutkan pelariannya.
Petugas mendapati FM dalam kondisi duduk diam, merenung di pinggir jalan Dusun Siladan, Desa Tamanbali, Bangli. Ia kemudian langsung dibawa kembali ke Lapas untuk mendapatkan perawatan di poliklinik setempat.
Menurut Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Bangli, Marulye Simbolon, FM mengaku nekat kabur karena alasan personal. “Dari pengakuan napi, dirinya melakukan aksinya karena kangen sama kakenya,” ujar Marulye.
Ia menambahkan, pihaknya akan tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait adanya potensi kelalaian petugas yang bertugas saat insiden tersebut terjadi. Kisah FM menjadi pengingat bahwa di balik jeruji besi, ada sisi manusiawi yang kadang bisa mendorong seseorang untuk melakukan tindakan impulsif.