GIANYAR, BALINEWS.ID – Tim dosen dan mahasiswa Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di UMKM Do Do Handycraft, Desa Tegallalang, Gianyar, Bali. Program ini merupakan hasil pendanaan hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Fokusnya adalah peningkatan produktivitas dan daya saing usaha melalui dua pendekatan utama, yakni perancangan layout ergonomis dan digitalisasi laporan keuangan.
UMKM Do Do Handycraft sudah berdiri lebih dari 12 tahun dan dikenal sebagai produsen kerajinan kayu laut dengan pasar hingga mancanegara. Produk yang dihasilkan berasal dari limbah kayu laut yang diolah menjadi hiasan rumah, patung, dan souvenir khas Bali.
Meski memiliki potensi besar, usaha ini menghadapi tantangan serius dalam aspek produksi maupun pengelolaan keuangan, sehingga membutuhkan dukungan teknologi dan inovasi manajerial agar tetap bertahan di era ketidakpastian ekonomi. Saat ini, UMKM Do Do Handycraft mempekerjakan sekitar 10 tenaga kerja lokal, mayoritas ibu rumah tangga dan pelajar SMA dari desa setempat.
Dalam praktiknya, tim pengabdi menemukan sejumlah kendala. Dari sisi produksi, mesin pemotong kayu yang digunakan sudah usang sehingga tidak efektif. Tata letak ruang produksi yang sempit, panas, dan tidak tertata juga menimbulkan risiko keselamatan kerja serta menurunkan produktivitas.
Para pekerja sering merasa tidak nyaman, bahkan berisiko cedera karena tidak adanya perlengkapan keselamatan kerja seperti masker, sarung tangan, atau kacamata pelindung.
Dari sisi manajemen, pencatatan keuangan masih dilakukan secara manual menggunakan kertas dan nota sederhana. Akibatnya, pemilik usaha kesulitan mengetahui jumlah laba rugi, kondisi persediaan, maupun efisiensi produksi.
Tanpa data keuangan yang jelas, keputusan bisnis hanya didasarkan pada perkiraan, bukan informasi akurat. Padahal, dalam dunia usaha yang kompetitif, manajemen keuangan menjadi kunci utama keberlangsungan.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, tim pengabdi menghadirkan solusi yang menyentuh dua aspek sekaligus. Dari sisi produksi, UMKM mendapatkan dukungan berupa mesin potong baru, meja kerja ergonomis, rak besi untuk penataan bahan baku, gerobak sorong, serta air cooler.
Perlengkapan keselamatan kerja seperti masker, kacamata anti-gores, sarung tangan, dan kotak P3K juga disediakan agar pekerja lebih aman dan nyaman.
Dari sisi manajerial, tim merancang aplikasi SAMUDRA (Sistem Akuntansi Manajemen Usaha dan Pemasaran). Aplikasi ini berfungsi untuk pencatatan keuangan, manajemen persediaan, serta pemasaran.
Dengan SAMUDRA, mitra dapat mencatat transaksi pembelian dan penjualan, memantau stok, hingga memperoleh laporan laba rugi secara otomatis. Aplikasi ini juga dilengkapi fitur notifikasi pembayaran dan pengiriman barang, sehingga meningkatkan kepercayaan pelanggan.
Rangkaian kegiatan dilaksanakan secara bertahap, diawali dengan observasi dan wawancara bersama pemilik usaha untuk mengidentifikasi permasalahan prioritas. Setelah itu, dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya transformasi digital, tata letak ergonomis, dan keselamatan kerja. Pada tahap pelatihan, pekerja dilatih menggunakan mesin baru dan perangkat keselamatan, sekaligus diperkenalkan dengan aplikasi SAMUDRA melalui simulasi pencatatan transaksi dan laporan keuangan.
Antusiasme pekerja terlihat jelas saat mencoba teknologi baru. Pendampingan intensif dilakukan agar mereka tidak hanya bisa menggunakan alat dan aplikasi, tetapi juga memahami manfaatnya. Misalnya, pekerja yang sebelumnya duduk di kursi seadanya kini lebih nyaman dengan meja dan kursi ergonomis. Seorang pekerja bahkan mengaku dapat bekerja lebih lama tanpa cepat lelah. Kehadiran air cooler juga membuat ruang produksi lebih sejuk dan tidak pengap.
Hasilnya, perubahan paling nyata terlihat dari peningkatan produktivitas. Data menunjukkan rata-rata produktivitas meningkat hingga 89,5% setelah penerapan teknologi baru. Proses pemotongan kayu kini lebih cepat dengan hasil lebih presisi, sehingga meningkatkan kualitas produk untuk pasar ekspor.
Dari sisi manajemen, aplikasi SAMUDRA memudahkan pemilik usaha memantau laporan laba rugi serta stok bahan baku dan produk jadi. Kini, keputusan bisnis dapat diambil berdasarkan data yang akurat, bukan sekadar perkiraan.
Program ini terbukti memberi dampak nyata bagi keberlanjutan usaha. Pemilik usaha mengaku lebih percaya diri mengembangkan bisnis karena sistem produksi lebih tertata dan manajemen keuangan lebih modern. Para pekerja juga merasa lebih nyaman dan aman, sehingga motivasi mereka meningkat. Masyarakat sekitar ikut merasakan manfaat berupa peningkatan keterampilan lokal, baik dalam produksi maupun literasi digital.
Kegiatan ini sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat, serta mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Program berkontribusi pada tujuan ke-4 yaitu pendidikan berkualitas melalui pelatihan keterampilan berbasis teknologi, dan tujuan ke-8 yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas UMKM. Selain itu, inovasi digital seperti aplikasi SAMUDRA mendorong transformasi ekonomi desa menuju Indonesia Emas 2045.
Program PKM di Do Do Handycraft disambut positif oleh pemilik usaha, pekerja, hingga masyarakat Desa Tegallalang. Mereka berharap pendampingan berlanjut dengan fokus pada peningkatan keterampilan digital, perluasan pasar internasional, serta inovasi produk. Melalui sinergi antara perguruan tinggi dan pelaku usaha lokal, program ini membuktikan bahwa inovasi sederhana seperti penataan layout ergonomis dan digitalisasi laporan keuangan dapat membawa dampak besar.
Kini, Do Do Handycraft bukan hanya lebih produktif dan efisien, tetapi juga lebih siap menghadapi tantangan era digital. Keberhasilan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi UMKM lain untuk berani bertransformasi dan berinovasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. (*)