BADUNG, BALINEWS.ID – Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Bali menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) III di The Westin Resort, Nusa Dua, Badung, pada Kamis (27/2). Mengusung tema “Tourism in Harmony with Nature: Manifesting Tri Hita Karana for Sustainable Prosperity”, ASITA Bali menegaskan komitmennya dalam mendukung pariwisata yang berkelanjutan di Pulau Dewata.
Acara ini dibuka langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster dan dihadiri stakeholder pemerintah maupun pariwisata lainnya seperti Ketua BTB/GIPI Bali, Direktur Intelkam Polda Bali, serta Kepala Imigrasi Ngurah Rai. Turut hadir Ketua Asosiasi Pariwisata dibawah GIPI Bali, Perwakilan dari DPD HPI Bali, Ketua PUTRI, Kepala Badan Pengelola Besakih, serta stakeholder lainnya.
Ketua DPD ASITA Bali, Putu Winastra, dalam sambutannya menekankan pentingnya kerja sama semua pihak untuk membangun pariwisata yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.
“Pariwisata adalah sektor vital bagi perekonomian Bali. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, dapat berdampak negatif seperti kerusakan lingkungan, hilangnya budaya, serta ketidakadilan sosial. Oleh karena itu, kita harus bersama-sama mengubah persepsi negatif dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya tindakan nyata dalam menjaga keberlanjutan pariwisata,” ujarnya.
Sebagai pemain utama dalam sektor pariwisata, anggota ASITA harus menjadi pelaku usaha yang bertanggung jawab serta menciptakan produk pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana.
“Kita harus menyadari bahwa human touch, storytelling dan genuine experience from local community tidak bisa digantikan oleh teknologi atau mesin. Oleh karena itu kita harus menjadi bagian dari solusi untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, tidak hanya demi kepentingan bisnis kita sendiri, tetapi juga demi kelangsungan dan keberlanjutan pariwisata Budaya Bali secara keseluruhan,” terang Winastra.
Walaupun di tengah persaingan yang sangat ketat, DPD ASITA Bali bersama seluruh anggota bahu-membahu untuk bisa mendatangkan wisatawan mancanegara ke Bali dengan berbagai inovasi, sehingga target kunjungan wisatawan dari pemerintah dapat tercapai.
Sebagai langkah konkret, ASITA Bali menggarisbawahi beberapa strategi utama yang akan diterapkan, di antaranya:
1. Mengembangkan produk pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana.
2. Meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata melalui edukasi bersama asosiasi terkait seperti PUTRI, HPI, dan PAWIBA.
3. Mendorong pembangunan infrastruktur yang mendukung pariwisata berkelanjutan.
4. Memperkuat kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, media, dan masyarakat sipil untuk mendorong kebijakan pariwisata yang lebih bertanggung jawab.
“Untuk diketahui saat ini, terdapat 117 anggota ASITA yang tutup usahanya di tahun 2024-2025. Ini artinya ada banyak permasalahan terkait usaha bidang perjalanan wisata, yang mana hampir 90% pemiliknya adalah orang lokal. Ketika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan kami akan mati dan hanya tinggal sebuah cerita,” jelasnya.
Sebagai bentuk komitmen nyata, ASITA Bali telah menjalankan program pengurangan penggunaan plastik dalam setiap pelayanan kepada wisatawan. “Kami telah menginisiasi program edukasi bagi wisatawan dengan menyediakan botol isi ulang sebagai pengganti botol plastik sekali pakai. Ini adalah langkah kecil, tetapi memiliki dampak besar dalam menjaga lingkungan,” tambah Putu Winastra.
Melalui Rakerda III ini, ASITA Bali berharap seluruh pemangku kepentingan dapat terus bersinergi dalam menciptakan pariwisata yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat Bali secara keseluruhan. (*)