NASIONAL, BALINEWS.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menggelar rapat bersama Pertamina dan pengelola SPBU swasta yakni Shell, Vivo, BP, dan Exxon Mobil yang kini tengah mengalami krisis stok BBM, Jumat (19/925). Dari pertemuan tersebut, tercapai sebuah kesepakatan penting untuk menjaga pasokan BBM tetap aman.
Menurut Bahlil, seluruh SPBU swasta sepakat untuk membeli BBM tambahan lewat skema impor yang akan dikoordinasikan oleh Pertamina. Kesepakatan ini menjadi solusi atas kuota impor tambahan BBM sebesar 10 persen yang diberikan pemerintah sebelumnya, namun kini sudah hampir habis.
“Mereka setuju, dan memang harus setuju untuk beli, berkolaborasi dengan Pertamina,” ujar Bahlil dalam konferensi pers usai rapat.
Bahlil menegaskan bahwa kerja sama ini bukan paksaan dari pemerintah, melainkan bentuk kolaborasi bisnis yang adil untuk semua pihak. Ia menekankan prinsip keadilan dan transparansi sebagai kunci dalam kerja sama ini.
“Kita ingin swasta maupun Pertamina harus sama-sama cengli, harus semua terbuka, dan sudah setuju juga terjadi open book,” tegasnya.
Namun meskipun setuju, SPBU swasta mengajukan dua syarat dalam kolaborasi ini. Pertama, mereka meminta agar BBM yang dibeli dari Pertamina diberikan dalam bentuk fuel base atau BBM murni, tanpa campuran. Proses pencampuran atau formulasi akan dilakukan sendiri oleh masing-masing SPBU agar sesuai dengan standar mereka.
Syarat kedua adalah soal transparansi. SPBU swasta ingin ada survei bersama saat proses pembelian BBM, serta keterbukaan harga yang total. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada yang merasa dirugikan dan proses berjalan jujur.
Dengan kesepakatan ini, Bahlil berharap BBM hasil impor bisa mulai masuk ke Indonesia paling lambat dalam tujuh hari ke depan. Adapun volume tambahan yang akan dibeli oleh masing-masing SPBU swasta masih akan dibahas dalam rapat teknis lanjutan. (*)

