BRIN Ingatkan Dampak Konten Anomali terhadap Perkembangan Otak Anak

Share:

Karakter Tung Tung TUng Sahur

INTERMESO, Balinews.id – Sri Idaiani, psikiater sekaligus peneliti di Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap pola konsumsi digital yang kini berkembang di kalangan anak dan remaja.

Ia mengambil contoh konten Anomali yang viral di dunia maya. Menurutnya, paparan yang berlebihan terhadap konten pendek dan minim nilai bukan hanya memengaruhi daya ingat dan kemampuan fokus, tetapi juga berisiko mengganggu struktur dan fungsi otak secara keseluruhan.

“Konten yang terlalu cepat, berulang, dan dangkal bisa mengganggu kemampuan otak dalam mengolah informasi, mengambil keputusan, bahkan merusak fleksibilitas otak,” jelas Sri.

Ia menyebut bahwa efek ini tak terjadi seketika, melainkan perlahan dan bertumpuk sama seperti efek dari makanan cepat saji yang dikonsumsi terus-menerus.

BACA JUGA :  Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, Sejumlah Penerbangan di Bandara Ngurah Rai Kena Dampak

Konten Anomali: Hiburan atau Racun Digital?

Siapa yang tak tahu karakter anomali seperti “Tung tung sahur”, salah satu karakter konten anomali yang kerap kali muncul di media sosial. Konten anomali merujuk pada jenis video yang menampilkan karakter-karakter aneh hasil rekayasa kecerdasan buatan (AI) yang menggabungkan unsur manusia, hewan, hingga benda-benda sehari-hari dalam visual yang janggal.

Gaya visualnya nyeleneh, penuh warna, dan sering kali terasa lucu sekaligus mengganggu. Fenomena ini merupakan adaptasi lokal dari tren global bernama Italian Brainrot, yang lebih dulu viral di TikTok versi internasional.

Meski awalnya dianggap lucu dan menghibur, ternyata ada dampak negatif yang mengintai otak. Konten anomali, menurut Sri Idaiani, bekerja seperti stimulus instan yang terus-menerus memicu dopamin di otak.

BACA JUGA :  Donald Trump Resmi Terapkan Kebijakan Dua Jenis Kelamin di AS

Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan overstimulasi, kelelahan mental, dan penurunan konsentrasi. Anak-anak jadi lebih mudah lupa, sulit fokus pada tugas yang memerlukan proses mendalam, dan lebih cepat bosan jika tidak ada rangsangan instan dari layar.

Fenomena ini kerap disebut sebagai “brain rot”, istilah yang menggambarkan penurunan kemampuan berpikir akibat paparan konten digital yang miskin nilai.

Mengapa Anak-Anak yang Paling Rentan?

Berbeda dari orang dewasa yang lebih bisa mengatur waktu dan memilah informasi, anak-anak belum memiliki kendali diri yang cukup kuat. Mereka cenderung menikmati apa pun yang seru, cepat, dan penuh warna. Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting.

Sri mengingatkan bahwa anak-anak tidak hanya butuh hiburan, tetapi juga butuh bimbingan dan kehadiran emosional. Konten layar yang minim nilai, jika dikonsumsi secara bebas, bisa menumpulkan daya pikir anak secara bertahap.

BACA JUGA :  Bule Bikin Onar dan Hajar Sekuriti di Club, Ini Kronologinya

Jika anak sudah terlanjur kecanduan konten anomali, bukan berarti tak ada jalan kembali. Orang tua bisa mulai mengalihkan perhatian anak ke aktivitas nyata yang menyenangkan seperti membaca buku, bermain bersama, atau berjalan santai sambil mengobrol.

“Pada dasarnya menonton konten media sebainya dilakukan secara bijak dan secukupnya. Pilihlah konten yang berkualitas baik dalam bentuk video pendek maupun panjang. Biasakan untuk menonton hinggal selesai agar informasi yang diperoleh lebih utuh” ujarnya.

Ia menginatkan untuk lebih bijak dalam mengonsumsi konten yang ada di media sosial. (*)

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

DENPASAR, BALINEWS.ID - Mengambil tema The Space We Breathe dan The Space Between Sounds, Sthala Ubud Villa Jazz...
JEMBRANA, BALINEWS.ID - IYM (32) pelaku pencurian sepeda motor di depan toko cat Jalan Kepundung, Kelurahan Loloan Barat,...
JEMBRANA, BALINEWS.ID - Seorang pria berinisial M (36) harus berurusan dengan pihak kepolisian lantaran melakukan perampokan. Sasarannya adalah...
GIANYAR, BALINEWS.ID - Mobilitas anjing antarwilayah administratif di Bali dinilai berpotensi memperluas penyebaran rabies. Risiko ini meningkat seiring...

Breaking News

Berita Terbaru
MDA
SMA
AS
LSD
GWK
BBM
P3K
BSU
DLH
OTA
CSR
BK
HIV
ABK
Teh
LPG
SIM
PNS
NTT
STT
PBB
PON
Bir
PMI
DIY
SBY
BCL
Art
SMP
PAW
IKN
PHK
NIK
USG
Pil
ATM
atv
DPR
AHY
kos
PSN
IU
PKB
ASN
KPK
BNN
PAD
TKP
KAI
SEO
BSN
Tas
lpd
5km
Run
Sar
UKT
tni
bkk
PLN
api
KTP
KEK
MoU
Kue
WNA
PMK
BPS