VIRAL, BALINEWS.ID – Belakangan ini gas melon alias gas subsidi 3 kg kembali langka. Terkait hal ini, I Gusti Putu Artha, mengungkap adanya dugaan praktik pengoplosan tabung gas elpiji subsidi 3 kg di sejumlah wilayah di Bali.
Melalui akun sosial media pribadi miliknya, Mantan Komisioner KPU RI ini menyebut jika dari sembilan Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPBE) yang ada di Bali, lima di antaranya diduga terlibat praktik pengoplosan, maka setidaknya setiap hari sekitar 25.000 tabung gas 3 kg yang seharusnya beredar untuk masyarakat justru dialihkan ke gudang pengoplosan. Gas subsidi tersebut kemudian dipindahkan ke tabung ukuran 12 kg maupun 50 kg untuk dijual dengan harga di bawah pasaran.
Dimana harga dasar 1 tabung gas LPG 3 kg adalah Rp 16 ribu. Kemudian untuk embuat gas LPG 12 kg oplosan butuh 4 tabung = Rp 64.000. Tabung 12 kg resmi di pasaran harga Rp 205 ribu, namun pengoplos menjualnya Rp 170 ribu. Tabung 50 kg resmi Rp 880 ribu dijual Rp 705 ribu. Jika di Bali ada 25 ribu tabung yang dioplos maka mafia menikmati cuan Rp 170 ribu – 64 ribu = Rp 106 ribu x 25 ribu.
“Keuntungan mafia bisa mencapai sekitar Rp2,65 miliar per hari, bahkan bisa lebih. Jika dihitung dengan angka oplosan yang lebih besar,” ungkapnya.
Artha juga menyebut telah menerima informasi langsung dari relawan yang masih bekerja di sektor distribusi gas. Bahkan ia sempat diajak melihat aktivitas di salah satu gudang pengoplosan di Bali. Lokasi yang disebut sebagai pusat pengoplosan berada di Gianyar, Badung, Tabanan, dan Jembrana.
Ia menduga praktik ini melibatkan oknum aparat dan pejabat yang seharusnya berwenang mengawasi distribusi. Hal itu pula yang membuat banyak pejabat daerah enggan bersuara karena khawatir terseret kasus lain.
“Pejabat eksekutif maupun legislatif disandera, rakyat yang akhirnya menderita. Karena itu, penindakan harus dilakukan langsung oleh Mabes Polri, bukan level daerah,” ujarnya.
Artha menegaskan kasus ini bukan hanya soal kelangkaan gas 3 kg, tetapi juga menyangkut keberpihakan pada masyarakat kecil. Ia menyerukan agar masyarakat Bali tidak diam, melainkan ikut bergerak bersama menolak praktik mafia.
“Rakyat Bali jangan tak peduli. Tolong bangun dan bangkit dari kepolosan yang panjang. Jika terbukti ada gudang oplosan di desa adat, mari bersama-sama bergerak dan hentikan. Saya siap bergabung,” tegasnya. (*)