INTERNASIONAL, Balinews.id – Presiden Donald Trump baru saja mengumumkan kenaikan tarif impor bagi negara-negara yang menjadi mitra dagang Amerika Serikat, Rabu (2/4/25). Trump menyebut bahwa hari itu sebagai “Hari Pembebasan”. Menurut Trump, banyak negara berlaku curang terhadap negaranya dalam masalah perdagangan internasional.
“Ini adalah deklarasi kemerdekaan ekonomi kami,” kata Trump, dikutip dari BBC.
Dalam tabel di bawah ini yang berjudul Tarif Reciprocal atau Tarif Timbal Balik, Indonesia pun tak luput dari pengenaan tarif impor tersebut. Dalam pengumumannya, Indonesia dikenakan tarif impor sebesar 32%. Hanya sedikit lebih rendah dibanding China yang dikenai 34%.
Pada tabel di bawah ini, kolom pertama adalah daftar negara, kolom kedua merupakan tarif yang dikenakan suatu negara terhadap barang-barang impor dari AS, sedangkan kolom ketiga merupakan tarif impor yang dikenakan AS pada barang-barang yang diimpor ke AS dari negara lain.

Kebijakan ini dibuat dengan dalih untuk melindungi industri dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja baru di AS. Trump ingin mengurangi perbedaan antara jumlah barang yang dibeli AS dari negara lain dengan jumlah barang yang dijual AS ke negara lain.
Sebagai informasi, tarif impor adalah pajak atau biaya tambahan yang dikenakan oleh suatu negara pada barang atau produk yang masuk (diimpor) dari negara lain. Tujuan utama dari tarif impor adalah untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan luar negeri yang lebih murah atau lebih kuat, serta untuk mendapatkan pendapatan negara.
Misalnya, jika suatu negara mengenakan tarif impor 10% untuk barang elektronik yang diimpor dari luar negeri, maka setiap kali barang tersebut masuk ke negara tersebut, harganya akan naik sebesar 10% dari harga sebelumnya. Jadi, jika sebuah ponsel dari luar negeri harganya $100, maka setelah dikenakan tarif impor 10%, harga ponsel tersebut akan menjadi $110.
Kenaikan tarif impor ini mungkin akan memberikan dampak kepada produk-produk seperti tekstil, elektronik, dan produk pertanian yang sering diekspor ke AS. Hal ini karena peningkatan tarif bisa mengurangi permintaan terhadap produk Indonesia di pasar AS. Ini berpotensi mengurangi volume ekspor dan pendapatan negara dari sektor perdagangan internasional. (*)