DENPASAR, BALINEWS.ID – Di tengah tenangnya situasi pemberantasan korupsi di Pulau Dewata, sebuah kabar tak biasa mencuat dan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Rumor menyebutkan, ada seorang oknum pejabat di Bali yang diduga menyembunyikan uang setoran dalam jumlah besar di tempat yang tak lazim, yakni sebuah kamar kos mewah di kawasan elit.
Informasi tersebut diperoleh dari sumber yang enggan disebutkan namanya. Menurutnya, kamar kos tersebut bukan tempat biasa. Fasilitasnya setara apartemen, dihuni oleh kalangan profesional muda hingga ekspatriat. “Lokasi itu dianggap aman, tidak mencolok, dan sulit dicurigai aparat,” ujar sumber tersebut.
Disebutkan pula, cara penyimpanan uang secara fisik di kamar kos dilakukan untuk menghindari pelacakan transaksi keuangan melalui perbankan. Dengan tidak menyimpan uang di rekening, keberadaannya menjadi lebih sulit dideteksi lembaga keuangan maupun aparat penegak hukum.
Meski terdengar tak masuk akal, pola seperti ini bukan hal baru dalam praktik penyamaran aset hasil korupsi. Di sejumlah daerah lain, aparat pernah menemukan uang tunai dalam jumlah besar disembunyikan di tempat-tempat tak terduga, mulai dari lemari hotel hingga gudang kosong. Namun, sejauh ini belum ada bukti konkret atau tindakan resmi terkait dugaan penggunaan kamar kos elit di Bali sebagai tempat penyimpanan uang haram.
Pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan, maupun Kepolisian belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait rumor tersebut. Tidak ada laporan, penggerebekan, atau penyelidikan terbuka yang menegaskan kebenaran isu ini.
Meski demikian, munculnya kabar semacam ini menjadi sinyal bagi aparat penegak hukum untuk lebih jeli memantau berbagai pola penyimpanan aset ilegal yang semakin beragam dan kreatif.
Bali selama ini dikenal sebagai daerah dengan tingkat perekonomian yang digerakkan oleh sektor pariwisata, di mana perputaran uang cukup besar. Situasi itu tak menutup kemungkinan terjadinya praktik gratifikasi atau penyalahgunaan wewenang.
Sebagian kalangan menilai nihilnya operasi tangkap tangan (OTT) terhadap pejabat di Bali menunjukkan pemerintahan yang bersih dan transparan. Namun, sebagian lainnya justru menilai bahwa di balik ketenangan itu bisa saja tersimpan praktik yang berjalan dengan cara lebih rapi dan sulit dilacak. (*)

