DENPASAR, BALINEWS.ID – Gubernur Bali, Wayan Koster, kembali menegaskan komitmennya menjadikan Pungutan Wisatawan Asing (PWA) sebagai sumber andalan pembangunan budaya dan pelestarian lingkungan Bali. Dalam pertemuan bersama para pelaku pariwisata di Gedung Ksirarnawa, Art Center Denpasar, Kamis (30/10/2025), Koster menyerukan semangat gotong royong agar pariwisata Bali tidak hanya indah di mata wisatawan, tapi juga kuat dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
Koster menegaskan, PWA bukan sekadar pungutan, melainkan instrumen penting untuk mendukung pembangunan berbasis budaya dan pelestarian lingkungan melalui desa adat.
“Sampai tanggal 30 Oktober 2025, (PWA, red) yang sudah masuk Rp 318 miliar atau sama pemasukannya pada Desember 2024 lalu,” ujar Koster seraya memperkirakan hingga Desember 2025 jumlahnya bisa menembus Rp 380 miliar.
Meski angka tersebut dinilai masih kecil dari target, Koster menyebut dampaknya akan sangat besar bagi desa adat di seluruh Bali. Setiap desa adat nantinya akan menerima alokasi Rp 300 juta per tahun untuk kegiatan budaya dan pengelolaan lingkungan.
“Kalau semua Desa Adat kita berikan, maka jumlahnya sekitar Rp 450 miliar. Kalau ada yang bertanya untuk apa PWA itu? Ini untuk budaya dan pengelolaan sampah,” jelasnya.
Koster juga menjelaskan bahwa penyelenggaraan PWA dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lain seperti Collecting Agent, Mitra Manfaat, atau Endpoint dengan sistem imbal jasa maksimal 3 persen dari total transaksi PWA.
Tak hanya fokus pada penguatan PWA, Gubernur Koster juga tengah melakukan negosiasi intensif dengan pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan infrastruktur strategis di Bali. Langkah ini dilakukan dengan membawa data kontribusi besar Bali terhadap devisa pariwisata nasional.
Pada tahun 2024, Bali berhasil menyumbang Rp 167 triliun dari total devisa pariwisata nasional sebesar Rp 312 triliun, atau sekitar 53 persen.
“Saya berharap negosiasi ini berjalan dengan lancar guna mempermudah pembangunan infrastruktur pariwisata Bali. Jadi begitu yang titiang pikirkan untuk pariwisata Bali, supaya bagus pariwisata Bali,” tegasnya.
Koster menilai, daya saing pariwisata Bali sangat ditentukan oleh kualitas infrastruktur dan citra daerah. Ia mengingatkan agar semua pihak tidak terus-menerus memviralkan isu-isu negatif yang justru membuat wisatawan menjauh.
“Kalau terus kalah dan diviralkan dengan berbagai isu, orang makin jauh dari Bali. Karena itu kita harus membuat sistem dalam menghadapi persaingan yang semakin kuat ke depan,” katanya.
Dengan nada tegas, Koster menutup arahannya dengan ajakan agar semua stakeholder pariwisata ikut bergerak bersama.
“Karena itu, titiang nunas niki, jangan cuek, bareng–bareng gotong royong, kita harus berjalan dengan spirit dan langkah yang sama, supaya PWA ini mencapai target, sehingga pariwisata Bali makin bagus, tangguh, dan berdaya saing,” pungkasnya. (*)



