Mengingat Kembali Kemuliaan Guru Melalui Rangkaian Perayaan Saraswati Hingga Pagerwesi

Share:

I K. Satria, Penyuluh Agama dari Kementerian Agama Kabupaten Buleleng

DENPASAR, BALINEWS.ID – Rangkaian hari suci umat Hindu seperti Hari Saraswati, Soma Ribek, Sabuh Mas, hingga Pagerwesi bukan sekadar tradisi atau seremonial keagamaan.

Di baliknya tersimpan makna mendalam yang menyentuh aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disampaikan oleh I K. Satria, Penyuluh Agama dari Kementerian Agama Kabupaten Buleleng, yang mengajak umat Hindu untuk merefleksikan kembali nilai-nilai luhur tentang ilmu pengetahuan, pangan, kekayaan, dan peran penting guru.

Di tengah sorotan publik yang sempat menyebut profesi guru sebagai beban negara, Satria justru menegaskan bahwa guru memiliki kedudukan yang sangat mulia dan tidak tergantikan.

“Tidak ada yang bisa melakukan apapun jika guru tidak menjalankan kewajibannya. Dari buta aksara hingga mampu membaca, dari tanpa moral hingga berkarakter luhur, semua berawal dari peran guru,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa lmu pengetahuan dan guru adalah dua hal yang menyatu dan tidak bisa dipisahkan.

BACA JUGA :  Launch in 2026, Ennismore Brings the First Hyde Hotel in Bali and Asia

Hari Saraswati: Penghormatan kepada Ilmu

Hari Saraswati diperingati sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu pengetahuan. Meski tidak selalu membawa kekayaan secara materi, ilmu diyakini membawa kesejahteraan, kesehatan, dan arah hidup yang lebih baik.

Dalam ajaran Hindu, dikenal konsep Guna – Gina – Dana, yaitu ilmu (Guna) yang mengarah pada keterampilan dan profesionalisme (Gina), dan akhirnya menuju kesejahteraan (Dana).

Secara bahasa, kata “Saraswati” berasal dari kata “Saras” yang berarti aliran, dan “Wati” yang berarti memiliki. Sosok Dewi Saraswati digambarkan sebagai sumber pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan ilmu, seseorang bisa mengembangkan diri, mencapai identitas, serta mampu berkarya secara profesional.

Soma Ribek: Rasa Syukur atas Pangan

Setelah Hari Saraswati, umat Hindu merayakan Soma Ribek, yang merupakan hari pemujaan kepada Sang Hyang Sri Sadhana sebagai dewi kesuburan dan pangan. Momen ini mengingatkan manusia untuk selalu mensyukuri hasil bumi seperti beras, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan buah-buahan yang menjadi sumber kehidupan.

BACA JUGA :  Konvoi Ugal-Ugalan, 19 Remaja di Denpasar Ditegur Polisi

“Alam telah menyangga kehidupan kita. Karena itu, Soma Ribek adalah wujud syukur agar pangan tetap tersedia dan menjadi sumber keberlangsungan hidup,” terang Satria.

Sabuh Mas: Mengelola Harta dengan Bijak

Sabuh Mas merupakan hari untuk menghormati Dewa Mahadewa sebagai perwujudan Dewa Kuwera, penguasa kekayaan dan harta benda. Menurut Satria, harta tidak seharusnya menjadi tujuan utama hidup, melainkan hasil dari pemanfaatan yang bijak untuk kemaslahatan.

“Uang, rumah, tanah, emas, dan investasi lain adalah simbol penyimpanan nilai. Pemujaan pada hari Sabuh Mas adalah doa agar harta yang dimiliki tetap terjaga dan digunakan dengan bijak,” jelasnya.

Pagerwesi: Hari Memuliakan Guru

Puncak dari rangkaian hari suci ini adalah Hari Pagerwesi, yang diperingati sebagai penghormatan kepada Sang Hyang Paramesti Guru. Guru yang membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya. Di hari ini, penghormatan juga diberikan kepada tiga jenis guru: guru rupaka (orang tua), guru pengajian (pendidik), dan guru wisesa (pemerintah).

BACA JUGA :  Pemkab Gianyar Gratiskan PBB Rumah dan Lahan Pertanian, Tapi Naikkan Untuk Pengusaha

Namun, Satria menyayangkan bahwa semakin banyak orang yang lupa menghargai guru.

“Guru sering kali kita abaikan, padahal merekalah yang menerangi kita dari kebodohan menuju pengetahuan. Baik ketika kita terpuruk maupun berhasil, sudah selayaknya kita mengingat guru dengan cara membahagiakan mereka, sekecil apa pun itu,” ucapnya penuh harap.

Nilai Inti: Ilmu, Pangan, dan Guru

Melalui perayaan hari-hari suci ini, umat Hindu diajak untuk meneguhkan kembali nilai-nilai dasar dalam kehidupan. Ilmu, pangan, dan kekayaan adalah anugerah yang saling berkaitan, namun semua itu tidak akan berarti tanpa kehadiran dan bimbingan dari para guru yang menuntun manusia menuju kehidupan yang lebih baik. (TimNewsyess)

Tag

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

guest
0 Comments
Newest
Oldest
Inline Feedbacks
View all comments

Baca Lainnya

DENPASAR, BALINEWS.ID - Ketua Komite Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMDHI) Bali, I Putu Dika Adi Suantara, mendesak pemerintah...
DENPASAR, BALINEWS.ID - Seorang warga asli Pula Serangan bernama Siti Sapurah atau yang akbrab disapa Ipung, berhasil memenangkan...
BADUNG, BALINEWS.ID – Suasana di Gedung Parkir Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai mendadak heboh pada Minggu...
BADUNG, BALINEWS.ID – Dikenal lembut dalam sikap namun tegas dalam pengabdian, I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi Wedasteraputri...

Breaking News