DENPASAR, BALINEWS.ID — Solidaritas kemanusiaan lintas daerah ditunjukkan para musisi independen Bali melalui sebuah aksi penggalangan dana bertajuk Sumatra Calling. Kegiatan ini digagas kolektif KongkoKongkow sebagai respons atas bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatra pada akhir November 2025 lalu.
Aksi kemanusiaan tersebut dilaksanakan secara mandiri tanpa afiliasi komersial, dengan melibatkan sejumlah musisi dan seniman asal Bali. Inisiatif ini bertujuan membantu meringankan beban korban bencana sekaligus menjadi ruang solidaritas dan empati atas tragedi kemanusiaan yang terjadi.
Bencana hujan ekstrem yang melanda Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dilaporkan telah menimbulkan dampak besar. Berdasarkan data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga 8 Desember 2025, ratusan korban jiwa dilaporkan meninggal dunia, ratusan lainnya dinyatakan hilang, serta ribuan warga mengalami luka dan kehilangan tempat tinggal.
Selain kerusakan rumah warga, bencana tersebut juga menghancurkan fasilitas umum seperti sekolah, pusat layanan kesehatan, jembatan, dan infrastruktur vital lainnya. Lebbih dari ratusan ribu jiwa terpaksa mengungsi akibat rusaknya permukiman, sementara distribusi bantuan sempat terhambat akibat akses yang terputus.
Melalui Sumatra Calling, para musisi independen Bali berupaya menggalang donasi berupa dana dan barang kebutuhan dasar untuk disalurkan kepada korban terdampak. Kegiatan ini juga menjadi sarana menyuarakan kepedulian publik serta mendorong partisipasi masyarakat dalam menghadapi krisis kemanusiaan.
Acara Sumatra Calling dijadwalkan berlangsung pada 15 Desember 2025 di Berbagi Ruang, Denpasar, mulai pukul 17.00 WITA hingga selesai. Sejumlah musisi yang akan tampil di antaranya Dialog Dini Hari, Navicula, Jangar, Scared Of Bums, Jacko Kaneko, Sandrina Malakiano, dan Morbid Monke. Selain pertunjukan musik, kegiatan ini juga diisi dengan lelang lukisan karya sejumlah perupa, antara lain Ken Gaga, Brian Ekan Frii Zamroni, Chandra B Kerthapati, Made Kaek, dan Abima Narasatriangga.
Panitia menegaskan seluruh hasil penggalangan dana dalam kegiatan tersebut akan disalurkan sepenuhnya kepada korban banjir dan longsor di Sumatra melalui jalur resmi dan transparan. Masyarakat dan media juga diajak turut berpartisipasi serta menyebarluaskan informasi agar bantuan dapat menjangkau pihak-pihak yang membutuhkan.
Kolektif KongkoKongkow sendiri merupakan komunitas musik independen yang berbasis di Bali dan berdiri sejak 2019. Komunitas ini lahir sebagai ruang alternatif bagi musisi independen untuk menampilkan karya original mereka. Seiring waktu, KongkoKongkow juga merambah kegiatan sosial melalui program KongkowBantuTeman, sebagai wujud kepedulian terhadap sesama, baik di dalam maupun di luar komunitas musik.
Melalui aksi Sumatra Calling, para penggagas berharap solidaritas kecil dari Bali dapat menjadi bagian dari upaya besar meringankan penderitaan korban bencana serta menegaskan bahwa kepedulian kemanusiaan tidak mengenal batas wilayah. (*)

