GIANYAR, BALINEWS.ID – Aspirasi warga Desa Temesi, Kecamatan Gianyar, untuk menjaga kelestarian lingkungan wilayahnya terus mengemuka, terutama terkait rencana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarbagita. Mereka meminta ketegasan sikap pemerintah agar tidak ada sampah dari luar kabupaten yang masuk ke Desa Temesi. Warga dengan keras menolak wacana pemindahan TPA Suwung ke TPA Temesi dan mendesak Gubernur Bali, Wayan Koster, mencarikan lokasi alternatif benar-benar direalisasikan.
Sebelumnya, angin segar sempat berhembus dalam pertemuan antara Gubernur Koster dengan para tokoh masyarakat Temesi. Saat itu, Gubernur sempat menyebutkan bahwa dua lokasi alternatif telah disiapkan oleh Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Kabupaten Badung.
“Dalam pertemuan bersama Pak Gubernur, disebutkan bahwa Denpasar telah menyiapkan lahan di dekat Boshe, dan Badung juga sudah memiliki lahan cadangan,” ungkap Perbekel Temesi, Ketut Branayoga, pada Jumat (6/6/2025).
Namun, pernyataan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Bali, Made Rentin, yang kemudian menyebut bahwa pembangunan TPA berbasis teknologi Waste to Energy (WtE) masih mengandalkan anggaran dari pemerintah pusat, kembali memicu kekhawatiran warga.
“Kami butuh kepastian dan sikap tegas dari pemerintah provinsi. Kami ingin memastikan bahwa TPA Temesi tidak akan dijadikan lokasi TPA Sarbagita,” tegas Branayoga, menegaskan kembali komitmen warga terhadap lingkungan mereka.
Senada dengan itu, Wakil Ketua DPRD Gianyar yang juga tokoh masyarakat Temesi, Made Suteja, membenarkan bahwa dalam pertemuan tersebut Gubernur Koster memang mengarah pada lokasi di Denpasar dan Badung sebagai opsi yang lebih sesuai.
“Pandangan Pak Gubernur sangat jelas, bahwa sebaiknya lokasi di luar Temesi. Kami hanya menanti tindak lanjutnya secara konkret,” ujarnya.
Suteja menekankan bahwa warga Temesi akan konsisten menolak masuknya sampah dari luar Gianyar. “Kami menunggu konsistensi pemerintah. Semakin cepat ada keputusan, semakin tenang masyarakat,” katanya.
Sikap serupa juga disampaikan oleh Bendesa Adat Temesi, Gusti Made Mastra, serta Ketua Yayasan Pemilahan TPA Temesi, Ketut Trikaya Wijaya Manik. Keduanya sangat menyambut baik jika lahan pengganti di Denpasar dan Badung benar-benar dimanfaatkan.
“Dari sisi kajian transportasi pun, membawa sampah dari Suwung ke Temesi akan berdampak buruk terhadap jalur pariwisata dan lingkungan,” ujar Trikaya, menekankan dampak negatif terhadap lingkungan dan sektor pariwisata lokal.
Warga berharap agar tidak ada kebijakan yang berubah-ubah dan keputusan segera diumumkan demi menjaga keberlangsungan lingkungan Temesi.
“Kami hanya ingin kepastian dan konsistensi dari pemerintah untuk melindungi desa kami dari sampah luar kabupaten,” tutupnya. (bip)