INTERMESO, BALINEWS.ID – Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi salah satu sumber utama informasi bagi masyarakat.
Berbagai konten membanjiri media sosial setiap harinya, baik yang positif dan negatif. Tak jarang, kita tak bisa berhenti melihat berita-berita negatif tersebut. Fenomena ini, yang dikenal dengan istilah doomscrolling, mengacu pada kebiasaan scrolling media sosial atau situs berita dengan terus-menerus membaca atau menonton konten negatif. Fenomena ini semakin marak, terutama di tengah ketidakpastian yang saat oleh krisis global seperti pandemi COVID-19 atau gejolak politik.
Apa itu Doomscrolling?
Doomscrolling adalah perilaku untuk terus mencari informasi buruk, yang sering kali berakibat buruk bagi kesehatan mental. Meskipun tampaknya manusia memiliki dorongan alami untuk mencari informasi untuk bertahan hidup dan mengendalikan ketidakpastian, perilaku ini justru dapat meningkatkan kecemasan dan stres.
Atika Dian Ariana, seorang Dosen Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), mengungkapkan bahwa doomscrolling merupakan manifestasi kecemasan terhadap ketidakpastian.
“Doomscrolling ini semacam dorongan untuk menyelamatkan diri. Dengan mencari informasi, manusia merasa bisa mengendalikan hal-hal yang negatif atau mengancam,” jelasnya.
Dalam situasi penuh ketidakpastian, seperti pandemi atau bencana alam, orang cenderung mencari informasi untuk merasa lebih aman, meskipun kenyataannya hal tersebut justru memperburuk kondisi mental mereka.
Atika menegaskan bahwa ada efek jangka panjang dari doomscrolling yang sangat merugikan. Terus-menerus terpapar informasi negatif dapat membuat seseorang merasa terjebak dalam lingkaran kecemasan, stres, dan depresi.
Dampak mental yang muncul bisa membuat seseorang merasa cemas berlebihan, memengaruhi keseimbangan emosi, dan akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari.
“Ketika kita cemas, tubuh kita juga ikut tegang, seolah-olah bersiap menghadapi ancaman. Lama-kelamaan, bukan hanya pikiran yang lelah, tapi tubuh kita juga,” katanya.
Untuk memitigasi dampak negatif doomscrolling, Atika menyarankan untuk memilah-milah sumber informasi. Pilih informasi dari sumber yang kredibel untuk megurangi kecemasan.
Selain itu, Atika menyarankan agar individu membatasi paparan informasi negatif dengan mengalihkan perhatian pada kegiatan yang lebih produktif dan menyehatkan secara mental. Beberapa aktivitas yang dapat membantu adalah olahraga, memasak, membersihkan rumah, atau menekuni hobi yang menyenangkan.
Menghadapi zaman yang penuh ketidakpastian, kita memang wajar merasa ingin tetap terinformasi. Namun, penting untuk menyadari bahwa doomscrolling bukanlah solusi untuk mengatasi kecemasan. Dengan mengelola waktu dan informasi yang kita konsumsi, kita bisa menjaga kesehatan mental dan fisik dengan lebih baik, dan kembali mendapatkan kendali atas kehidupan kita. (*)