Bali Jadi Mesin

Share:

Tulisan Catatan Harian Sugi Lanus, 21 Oktober 2025

BALINEWS.ID – “Bali adalah mesin…”. Ungkapan penting ini mengemuka secara tidak langsung dalam forum Balinomics di Denpasar, Bali, Sabtu, 17 Oktober 2025. Dimuat oleh Antaranews dengan mengutip apa yang disampaikan perwakilan Bank Indonesia di Bali.

Menjadi kenyataan pahit jika Bali di mata investor dan pemerintah pusat hanya dilihat sebatas mesin pelipat ganda uang. Tanpa pertimbangan serius-mendalam terhadap dampak religi, sosio-kultural dan ekologinya.

Celakanya, orang Bali umumnya terlena dengan pujian. Padalah, di balik pujian yang berlimpah, terselip agenda menjual Bali dan memperalat Bali dan warganya. Jadi alat. Jadi mesin. Artinya: Bisa mogok, bisa mengeluarkan polusi dan kerusakan lingkungan, dan ingat, setiap mesin tunduk pada tuan/pemiliknya.

Bali adalah mesin? Mesin apa?

Situasi liar investasi di Bali mencerminkan Pulau Bali telah dijadikan pabrik yang digerakkan oleh “mesin kapitalisme”.

Apa daya rusak “mesin kapitalisme” pariwisata?

BALI DIKUASAI PARA PEMODAL

Sekitar 90% lahan strategis di di daerah wisata terbaik di Bali telah dikuasai oleh pemodal besar dan investor, baik dari dalam maupun luar negeri. Penduduk lokal sering kali terpinggirkan di tanah sendiri, kehilangan akses terhadap jalan, pantai, dan sumber daya mereka, dan diposisikan menjadi “jongos pariwisata”. Direkrut sebatas menjadi penjaga dan atau buruh penggarap di tanah sendiri.

BACA JUGA :  Kafe-Kafe di Kanada Ubah Nama Americano Jadi Canadiano, Ini Alasannya

ORIENTASI KEUNTUNGAN, BUKAN ALAM-BUDAYA

Promosi Bali mengutamakan jumlah wisatawan yang sebesar-besarnya, tanpa pertimbangan daya dukung alam dan keselarasan nilai agama, budaya, dan kelestarian alam. Ini menuju arah chaos.

Bali dijadikan arena perang harga properti dan akomodasi wisata, harga ditekan, kualitas merosot terus, alam digencet, kualitas lenyap, Bali pun berujung jadi “pulau murahan”.

PEMERKOSAAN ALAM

Pembangunan infrastruktur pariwisata telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan gesekan sosial.

Contoh kasus yang belakangan terkuak: Pulau Kura-Kura, GWK, Nuanu, PARQ UBUD, kawasan villa-resort-restorant yang makan sempadan sungai dan laut, dll.

Penyusutan pertanian (sawah dan subak) tak terbendung, krisis air bersih terjadi, dan masalah sampah menjadi “bencana plastik”. Banjir melanda.

GAP SOSIAL SI KAYA VS SI MISKIN

Mesin kapitalisme pariwisata memperlebar jurang antara para pengusaha-investor besar dengan masyarakat lokal.

Kelompok elit yang berjumlah kecil ini akan mendapat kue terbesar. Mayoritas orang Bali hanya mendapatkan remah-remah kue. Dan malangnya, mendapat porsi remah kue tapi bertanggungjawab bersih-bersih gunung tumpukan dan sungai sampah.

BACA JUGA :  Terdakwa Layanan 'Pijat Plus-plus' di Denpasar Dituntut 15 Bulan Penjara

DESA ADAT DIKALAHKAN PEMODAL

Bermunculan kasus: Aktivitas komersial menggangu upacara agama. Pemodal merusak alam dan mendirikan bangunan/fasilitas berat merusak lingkungan, prajuru dan krama adat tidak mampu membendung. Pejabat mengaku kaget.

Di banyak tempat pemodal menghalalkan jalan dengan menyuap pejabat dan pemimpin adat. Bahkan mengadu domba pemucuk desa adat demi mengamankan aset.

HINDU BALI DIJADIKAN JUALAN

Seni budaya yang lahir dari rahim tradisi Hindu Bali terang-terangan dijual kepada wisatawan. Nilai-nilai agama dijadikan komoditas dan dieksploitasi.

Contoh: Pulau buatan hasil merusak terumbu karang, pengusuran ruang nelayan, penutupan akses religi lokal, secara memalukan didukung pemerintah pusat, dipromosikan sebagai destinasi berbasis “Tri Hita Karana”, bahkan diklaim sebagai tempat ‘melukat’.

Dampak busuk “mesin kapitalisme pariwisata” di Bali dapat disimpulkan sbb:

1> Perubahan mindset Bali: Nilai-nilai budaya Bali dikalahkan oleh logika ekonomi dan komersial. Nilai-nilai budaya Bali semata-mata dihargai sebagai “barang dagangan”.

BACA JUGA :  Viral Soal Kewajiban Donasi Guru se-Bali, Netizen Ramai Tag Akun KPK dan Kejaksaan

2> Kerusakan alam terkendali: Kerusakan tebing, konversi sawah dan lahan hijau, kerusakan sempadan serta pesisir, sumber mata air, baik danau dan hulu sungai, sudah menjadi bola api liar yang melenyapkan ide awal pengambangan pariwisata budaya yang keberlanjutan. Bali terjun bebas ke lembah kegelapan.

3> Kedaulatan masyarakat Bali hilang: Warga dan desa pakraman telah kehilangan kendali atas wilayahnya sendiri. Di banyak lokasi paling indah dan terstrategis di Bali, orang Bali telah menjadi “tamu” di tanah leluhur sendiri. Ini telah meluas sampai ke pelosok Bali. Tidak terbendung.

Ungkapan “Bali adalah mesin…” adalah alarm yang telah lama bergaung membangunkan masyarakat Bali. Tapi karena pejabat dan politisinya sibuk kongkalikong dan menjadi maklar, masyarakat Bali dinina-bobokkan seakan-akan Bali masih baik-baik saja.

Alih-alih Bali dikelola sebagai sebuah warisan leluhur yang memiliki nilai budaya dan kesucian, Bali telah dijadikan mesin pencuci uang, mesin pelipat ganda keuntungan, buta-bongol bergerak melabrak dan merusak alam sekitarnya, serta mencelakai dan memecah-belah krama Bali sendiri.

Simak di postingan berikut https://www.instagram.com/p/DQD04d7EgTd/?igsh=MTE3Nzdrbnd5aWFmeg==

 

(*)

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

guest
0 Comments
Newest
Oldest
Inline Feedbacks
View all comments

Baca Lainnya

BALINEWS.ID – Asia World Model United Nations XII (AWMUN XII) kembali menjadi sorotan dunia internasional sebagai salah satu...
SEMARAPURA, BALINEWS.ID – Kualitas pembangunan fasilitas pendidikan di Kabupaten Klungkung kembali menuai sorotan. Komisi III DPRD Klungkung menemukan...
BALINEWS.ID - Suasana mencekam langsung menyergap begitu melangkah ke dalam rumah keluarga Frank. Udara dingin menusuk, cahaya temaram,...
DENPASAR, BALINEWS.ID – Kasus pembunuhan sadis terhadap seorang wanita driver online, Remi Yuliana Putri (37), akhirnya mulai disidangkan...

Breaking News