DENPASAR, BALINEWS.ID – 29 Maret 2025 kemarin, umat Hindu di Bali merayakan Hari Raya Nyepi. Ini bukan perayaan biasa. Bali hening selama 24 jam. Semua aktivitas berhenti. Tidak ada yang bekerja, bepergian, makan, atau melakukan kegiatan yang dianggap mengotori diri. Tradisi ini disebut Catur Brata Penyepian.
Bali yang biasanya ramai, mendadak sepi. Jalanan kosong, lampu-lampu padam, dan toko-toko tutup. Ini membuat putaran ekonomi Bali berhenti total selama sehari.
Pariwisata adalah jantung ekonomi Bali. Sebanyak 80% ekonomi Bali berasal dari bisnis yang berhubungan dengan pariwisata. Wisatawan domestik dan mancanegara membelanjakan banyak uang di Bali setiap harinya. Rata-rata, wisatawan domestik menghabiskan Rp800.000 hingga Rp1.000.000 per hari, sedangkan wisatawan mancanegara menghabiskan lebih dari Rp1.000.000.
Pada tahun 2024, Bali dikunjungi lebih dari 6,3 juta wisatawan mancanegara. Dengan rata-rata pengeluaran Rp1.000.000 per orang, Bali “kehilangan” sekitar Rp6,3 triliun dalam satu hari Nyepi.
Meski begitu, ekonomi Bali tetap kuat. Pada tahun 2024, ekonomi Bali tumbuh 5,48%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Ini menunjukkan bahwa Bali memiliki daya tahan ekonomi yang baik, didukung oleh sektor pariwisata dan investasi yang terus berkembang. (WIJ/net)