Demo ‘Overtourism’ di Spanyol, Mungkinkah Bali Mengalami Hal Serupa?

Share:

Protes Overtourism, Warga Spanyol Semprot Turis Pakai Pistol Air. (LLUIS GENE / AFP)
Protes Overtourism, Warga Spanyol Semprot Turis Pakai Pistol Air. (LLUIS GENE / AFP)

BALINEWS.ID – Fenomena demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota wisata Spanyol, seperti Barcelona dan Mallorca, menjadi alarm bagi dunia pariwisata global. Ribuan warga lokal turun ke jalan, menyuarakan keresahan atas dampak negatif dari pariwisata massal atau overtourism yang tak terkendali. Mereka menyemprotkan air ke arah turis asing, bukan sebagai bentuk kekerasan, melainkan simbol penolakan terhadap sistem yang dianggap mengorbankan warga asli demi kenyamanan pelancong.

Di balik aksi tersebut tersimpan kecemasan, harga sewa tempat tinggal yang kian tak terjangkau, hilangnya akses terhadap hunian layak, dan terpinggirkannya identitas budaya lokal yang perlahan tergerus oleh komersialisasi.

BACA JUGA :  A Royal Feast of Flavors 70 Authentic Sambals Shine at Bali Royal Chilli Festival 2025

Keresahan serupa kini mulai terasa di Bali. Pulau yang selama ini menjadi destinasi wisata unggulan dunia, perlahan menghadapi tekanan yang mirip dengan kota-kota di Spanyol. Harga tanah dan properti melonjak tajam, bukan hanya di kawasan wisata seperti Seminyak atau Ubud, tapi merambat hingga desa-desa yang sebelumnya jauh dari sorotan wisatawan.

Tak sedikit warga Bali yang akhirnya tergoda menjual tanah warisan leluhur demi keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Ironisnya, generasi muda Bali yang ingin membangun kehidupan di tanah kelahirannya sendiri justru semakin sulit mengakses kepemilikan lahan karena daya beli mereka tak mampu menyaingi investor asing atau spekulan properti.

BACA JUGA :  Baterai Mesin Rumput Meledak, Gudang di Denpasar Terbakar

Situasi ini patut menjadi bahan refleksi kolektif, terutama bagi para pelaku industri pariwisata dan pemangku kebijakan. Pariwisata seharusnya menjadi jalan bagi kesejahteraan bersama, bukan menciptakan ketimpangan dan keterasingan di rumah sendiri. Jika tidak ada upaya konkret untuk menyeimbangkan pertumbuhan pariwisata dengan perlindungan terhadap ruang hidup dan hak-hak masyarakat lokal, maka bukan tak mungkin Bali akan menyusul jejak kota-kota di Eropa yang kini mulai memberontak.

Ke depan, pembangunan pariwisata harus berpijak pada prinsip keberlanjutan, ekonomi yang inklusif, budaya yang lestari, dan ruang hidup yang tetap layak bagi generasi Bali selanjutnya. (*)

BACA JUGA :  Mentri Dikti Saintek Didemo Pegawainya, Sering Arogan Hingga Tampar Karyawan

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

guest
0 Comments
Newest
Oldest
Inline Feedbacks
View all comments

Baca Lainnya

DENPASAR, BALINEWS.ID - Ketua Komite Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMDHI) Bali, I Putu Dika Adi Suantara, mendesak pemerintah...
DENPASAR, BALINEWS.ID - Seorang warga asli Pula Serangan bernama Siti Sapurah atau yang akbrab disapa Ipung, berhasil memenangkan...
BADUNG, BALINEWS.ID – Suasana di Gedung Parkir Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai mendadak heboh pada Minggu...
BADUNG, BALINEWS.ID – Dikenal lembut dalam sikap namun tegas dalam pengabdian, I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi Wedasteraputri...

Breaking News