KARANGASEM, BALINEWS.ID – Kepergian Gede Pande Megantara di jembatan Tukad Bangkung, Petang, Badung, membuat sang ibunda tak menyangka. Ibunda almarhum, Ni Nengah Darmini, mengaku sebelum meninggal, ia sempat bercanda di rumahnya di Banjar Dalem, Desa Angantaka, Abiansemal.
“Masih tidak menyangka anak pertama saya sudah tiada. Padahal, kemarin sore kami masih bercanda bersama di belakang rumah,” tutur Darmini dengan mata berkaca-kaca, Kamis (25/9/2025).
Darmini mengenang, Pande adalah sosok anak yang baik, ramah, dan tak pernah menimbulkan masalah. Sehari sebelum kepergiannya, pemuda yang bekerja sebagai petugas pemungut cingkreman (iuran) di Pasar Kumbasari, Denpasar, masih beraktivitas seperti biasa. Dia berangkat kerja pukul 15.00 Wita dan pulang sekitar pukul 20.00 Wita.
Namun malam itu, Pande kembali keluar rumah sekitar pukul 21.00 Wita dengan alasan “melali” atau jalan-jalan, lalu pulang lagi.
“Sekitar jam 1 dini hari saya mendengar pintu gerbang dibuka. Saya sempat terbangun, tapi tidak bisa tidur sampai pagi. Pagi harinya Pak Kelian dan pak polisi datang memberi kabar,” ucap Darmini lirih.
Ia menambahkan, tidak ada firasat apa pun sebelum kepergian anaknya. “Saya kaget. Tidak ada tanda-tanda. Hanya sempat dia minta dicucikan sandalnya dua pasang. Itu saja,” katanya.
Rencananya, jenazah Gede Pande Megantara akan diupacarai di kampung halamannya, Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Namun waktu pasti prosesi upacara masih menunggu keputusan keluarga.
“Prosesi upacara belum ada kabar dari kampung. Sementara jenazah masih dititip di RSD Mangusada,” jelas Darmini.
Kelian Banjar Dinas Dalem, Ketut Rai, turut mengenang sosok almarhum sebagai pemuda yang ramah dan selalu menyapa warga setiap kali bertemu.