GIANYAR, BALINEWS.ID – Pemerintah Desa Sukawati resmi meluncurkan program Desa Wisata Berbasis Budaya Religi dengan menjadikan Pura Desa dan Pura Puseh Sukawati sebagai ikon utama wisata spiritual. Langkah ini dinilai sejalan dengan upaya pelestarian budaya, peningkatan ekonomi lokal, serta pengembangan potensi seni dan tradisi yang telah melekat kuat di desa tersebut.
Konsep ini sekaligus menjadi inovasi baru yang menyaingi keberhasilan Desa Batuan yang lebih dahulu mengusung pariwisata berbasis pura desa. Sukawati kini menawarkan pengalaman wisata yang tidak hanya estetis, tetapi juga sarat nilai spiritual dan budaya lokal.
Bendesa Adat Sukawati, I Made Sarwa, menyampaikan bahwa gagasan ini telah digagas sejak dua tahun lalu. Berkat sinergi antara desa adat dan pemerintah desa, serta dukungan dari berbagai pihak, inisiatif tersebut akhirnya dapat terwujud. “Kami ingin menunjukkan bahwa Desa Sukawati bukan hanya terkenal dengan pasar seninya, tetapi juga memiliki warisan budaya dan nilai religi yang mendalam,” ungkapnya.
Program ini mengintegrasikan berbagai destinasi lokal seperti Pasar Seni Sukawati, Pantai Purnama, serta kawasan suci Pura Desa dan Pura Puseh Sukawati. Selain sebagai daya tarik wisata, program ini diharapkan menjadi sarana edukasi budaya dan spiritualitas bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pura Desa & Pura Puseh Sukawati terletak tak jauh dari Kantor Kepala Desa, berdampingan dengan Pura Lumbung yang dijaga secara turun-temurun oleh para petani dan warga. Lokasinya strategis dan mudah dijangkau dari Denpasar serta kota-kota lainnya di Bali.
Secara historis, konsep keberadaan pura desa ini diperkenalkan oleh Mpu Kuturan sejak tahun 1001 Masehi sebagai wujud pemujaan terhadap Tri Murti Tatwa — Brahma, Wisnu, dan Siwa. Ketiga manifestasi Tuhan ini masing-masing dipuja di Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem dalam struktur Tri Hita Karana, filosofi keseimbangan manusia, alam, dan Tuhan.
Pura Desa Sukawati awalnya dibangun di kawasan Pura Lumbung, namun kemudian dipindahkan ke sisi timur dan mulai menghadap ke selatan sejak 1928. Ciri khas pura ini adalah konsep tiga gerbang sebagai simbol keseimbangan hidup dan jalan spiritual menuju Tuhan.
Dengan konsep ini, Desa Sukawati berharap mampu menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerahkan dan memberikan ketenangan batin. Nama “Sukawati”, yang terdiri dari kata “suka” dan “hati”, diharapkan menjadi cerminan keramahan dan kehangatan bagi setiap wisatawan yang datang dengan penuh suka cita. (bip)