BADUNG, BALINEWS.ID– Gubernur Bali, Wayan Koster, menunjukkan sikap optimistis terhadap pariwisata Bali meski diterpa isi seperti sampah, kemacetan, dan perilaku wisatawan asing yang menyimpang. Menurutnya, hal-hal tersebut tidak menyurutkan animo wisatawan mancanegara untuk datang dan berlibur ke Pulau Dewata.
Data yang ia sampaikan menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, Bali menerima kedatangan sekitar 6,4 juta wisatawan asing melalui penerbangan langsung (direct flight). Sementara itu, wisatawan domestik mencapai 9,5 juta orang.
“Setiap hari rata-rata ada 20.000 wisatawan mancanegara yang datang, sedangkan wisatawan domestik berkisar antara 10.000 hingga 12.000 orang per hari. Artinya, meski belum sepenuhnya pulih, tren kunjungan sudah sangat menggembirakan,” ungkap Koster di acara BBTF ke -11, Kamis (12/6).
Ia pun memperkirakan jumlah wisatawan asing pada tahun 2025 mengalami peningkatan sekitar 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya, jumlah wisatawan domestik diprediksi akan mengalami sedikit penurunan, yakni sekitar 2 persen.
Lebih lanjut, Koster menekankan bahwa berbagai isu negatif yang kerap muncul di media, mulai dari masalah sampah, kemacetan, hingga perilaku WNA yang melanggar aturan, tidak mengurangi daya tarik Bali di mata wisatawan internasional.
“Apa artinya ini? Jelek pun isunya seperti soal sampah dan sebagainya, orang tetap datang ke Bali,” tegas Koster dengan optimis.
Sebagai upaya mengatasi persoalan lingkungan, Koster menegaskan bahwa seluruh elemen masyarakat, mulai dari instansi pemerintah, pelaku usaha pariwisata, hingga sekolah dan pasar, harus mengelola sampah dari sumbernya. Gerakan ini, kata Kostee, mulai menunjukkan hasil.
“Masyarakat sudah mulai berubah. Di desa-desa kini makin banyak yang pakai tumbler. Pegawai-pegawai juga sudah diwajibkan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” tuturnya.
Di sektor transportasi, Pemerintah Provinsi Bali juga mulai gencar mengembangkan transportasi umum untuk menekan kemacetan yang semakin parah di beberapa kawasan wisata.
Sementara itu, terkait perilaku menyimpang wisatawan asing, pihaknya telah membentuk tim pengawasan dan penindakan khusus. Tim ini bertugas memantau dan menindak wisatawan asing yang melanggar aturan dan serta berbuat gaduh di Bali.
“Sampai April 2025, sudah ada sekitar 400 WNA yang kami deportasi, dan jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya. Kami tidak akan ragu menindak tegas mereka yang membuat onar di Bali,” tegasnya.
Dengan berbagai langkah tersebut, Koster berharap Bali tidak hanya menjadi destinasi wisata yang indah secara alam dan budaya, tetapi juga bersih, tertib, dan berkelanjutan. (*)