Makna Pandan Berduri yang Dipasang Sehari Sebelum Tumpek Wayang

Makna Pandan Berduri yang Dipasang Sehari Sebelum Tumpek Wayang
Makna Pandan Berduri yang Dipasang Sehari Sebelum Tumpek Wayang (sumber foto Pemkot Denpasar)
Makna Pandan Berduri yang Dipasang Sehari Sebelum Tumpek Wayang
Makna Pandan Berduri yang Dipasang Sehari Sebelum Tumpek Wayang (sumber foto Pemkot Denpasar)

INTERMESO, Balinews.id – Setiap enam bulan sekali tepatnya pada Saniscara Kliwon wuku Tumpek Wayang, umat Hindu merayakan hari raya Tumpek Wayang. Pada sehari sebelum Tumpek Wayang, tepatnya pada hari Jumat Wage wuku Wayang,  yang disebut sebagai Alapaksa merupakan hari yang cemer.

Menurut kepercayaan orang tua zaman dahulu,  sehari sebelum Tumpek Wayang dianggap keramat sehingga melarang anak-anaknya untuk berkeliaran ke luar rumah sejak sehari sebelum Tumpek Wayang.

Hal ini juga dikisahkan dalam lontar Sudhamala bahwa Sang Hyang Kumara tengah dikejar-kejar oleh Bhuta Kala hingga Tumpek Wayang keesokan harinya tiba. Sang Hyang Kumara kemudian bersembunyi di bungbung gender wayang.

BACA JUGA :  4 Orang Tewas Akibat Tanah Longsor di Desa Pikat Klungkung

Akibatnya Bhuta Kala tidak berhasil menadah Sang Hyang Kumara karena Bhuta Kala sudah mendapatkan banten pengeruwatan (sesajen) di samping gender wayang itu. Bhuta Kala hanya menyantap sesajen yang ada disebelah gender. Kemudian munculah Sang Hyang Kumara dari persembunyianya dan meminta tolong kepada dalang agar ia dibebaskan dari kejaran Bhuta Kala untuk selama-lamanya. Akhirnya, Bhuta Kala disomiya oleh Ki Dalang dan Sang Hyang Kumara pun dapat pengeruwatan agar terhindar dari bencana.

BACA JUGA :  Beda Open Trip dan Private Trip, Kenali Jenis-Jenis Liburan Sesuai Karaktermu

Masyarakat Bali percaya bahwa hari yang jatuh setiap enam bulan sekali ini merupakan hari keramat karena para bhuta kala (simbol energi negatif) sedang berkeliaran untuk menggoda manusia.

Maka pada hari itu, umat Hindu akan memasang daun pandan berduri atau “saselat” di pelinggih rumah, pintu masuk, pintu rumah, dan di bawah tempat tidur. Seselat ini bermakna agar terlindungi oleh segala kekuatan jahat.

Daun pandan berduri itu pada keesokan harinya akan dikumpulkan dan diikat dengan benang Tri Datu, di tempatkan di atas sidi lalu di buang di Lebuh, yang mengandung makna simbolik bahwa kita telah berhasil ( sidhi), menyelamatkan diri dari berbagai rintangan dan godaan serta mengedepankan sifat Daiwisampad dalam hidup keseharian. (*)

BACA JUGA :  Kejagung Usut Dugaan Korupsi Laptop Rp 9,9 T di Era Nadiem Makarim

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

guest
0 Comments
Newest
Oldest
Inline Feedbacks
View all comments

Breaking News

Informasi Lowongan Pekerjaan Terbaru Hari Ini

Baca Lainnya

BALINEWS.ID - Golden Tulip Jineng Resort Bali has officially launched “Flame Garden Nights,” a refreshing new all-you-can-eat BBQ...
BALINEWS.ID - Embracing the rising trend of wellness-focused travel, Swan Paradise A Pramana Experience has introduced its newest...
DENPASAR, BALINEWS.ID – Seorang buruh harian bernama Ahmad Real J (30) dijatuhi hukuman 8 tahun penjara karena terbukti...
DENPASAR, BALINEWS.ID – Kelengahan meninggalkan kunci motor yang masih menempel di kendaraan berujung petaka bagi seorang warga di...