NASIONAL, BALINEWS.ID – Pemerintah Indonesia menyatakan komitmennya untuk meningkatkan pembelian produk energi dan pertanian dari Amerika Serikat (AS) sebagai langkah strategis guna meredam ancaman tarif impor tinggi yang diberlakukan Washington.
Langkah ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers daring pada Jumat (18/4/2025), usai pertemuannya dengan sejumlah pejabat tinggi AS di Washington, termasuk Menteri Perdagangan Howard Lutnick, Perwakilan Dagang Jamieson Greer, dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.
“Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari AS, seperti LPG, minyak mentah, dan bensin,” ujar Airlangga, dikutip Kompas, Jumat (18/4).
Selain itu, Indonesia juga akan memperluas impor produk pertanian AS seperti gandum, kedelai, dan susu kedelai. Pemerintah juga membuka peluang kemudahan perizinan dan pemberian insentif bagi perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di Indonesia, sebagai bentuk kemitraan ekonomi yang saling menguntungkan.
Langkah ini merupakan respons terhadap kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 2 April lalu. Dalam kebijakan tersebut, Indonesia termasuk dalam daftar negara yang dikenai tarif hingga 32 persen. Meski demikian, Indonesia saat ini masih berada dalam masa penangguhan selama 90 hari, yang dimanfaatkan untuk melakukan negosiasi intensif.
“Indonesia dan AS telah sepakat menyelesaikan proses negosiasi dalam waktu 60 hari. Kerangka acuan atau framework-nya juga sudah disepakati,” terang Airlangga.
Data dari Kantor Perwakilan Dagang AS mencatat bahwa defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia mencapai 17,9 miliar dolar AS (sekitar Rp302 triliun) pada 2024, meningkat 5,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengumumkan kebijakan tambahan untuk mendukung negosiasi ini. Pemerintah Indonesia akan menurunkan tarif impor sejumlah komoditas dari AS, termasuk ponsel dan laptop, dari 2,5 persen menjadi 0,5 persen. Tarif produk baja dan alat kesehatan asal AS pun akan dipangkas menjadi antara 0 hingga 5 persen, dari sebelumnya 5 hingga 10 persen. (*)