Sivaratri di India dan Bali, Apakah Bedanya?

Share:

Ilustrasi perayaan Sivaratri di India. [Foto: Naman Sood/Unsplash)

DENPASAR, BALINEWS.ID – Pada Rabu, 26 Februari 2025 kemarin, umat Hindu di India merayakan Mahasivaratri, sebuah festival suci yang didedikasikan untuk Dewa Siwa. Sementara itu, di Bali, perayaan Sivaratri juga menjadi momen penting bagi umat Hindu. Meskipun dirayakan oleh umat Hindu di seluruh dunia, terdapat perbedaan signifikan dalam pelaksanaan Sivaratri di India dan Bali.

Salah satu perbedaan paling mencolok terletak pada waktu perayaan. Di India, Mahasivaratri dirayakan pada malam ke-13 atau hari ke-14 bulan Phalguna dalam kalender Hindu. Sementara itu, di Bali, Sivaratri dirayakan pada Purwaning Tilem Sasih Kapitu, atau sehari sebelum bulan mati pada bulan ketujuh kalender Bali.

Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan sistem kalender yang digunakan. Kalender Hindu India menggunakan sistem lunisolar, yang menggabungkan pergerakan bulan dan matahari. Sementara itu, kalender Bali menggunakan sistem luni-solar yang lebih kompleks, dengan penambahan bulan kabisat secara berkala.

Perbedaan ini juga mencerminkan adaptasi dan akulturasi budaya lokal dalam praktik keagamaan. Di India, penentuan waktu Mahasivaratri mengikuti tradisi yang telah diwariskan selama berabad-abad, sementara di Bali, penentuan waktu Sivaratri disesuaikan dengan sistem kalender lokal yang unik.

BACA JUGA :  1 Dari 9 Pelaku Penculikan WN Ukraina Disergap Saat Hendak Kabur ke Dubai

Selain perbedaan waktu, terdapat perbedaan dalam ritual dan tradisi yang dilakukan selama Sivaratri di India dan Bali. Di India, umat Hindu biasanya melakukan puasa sepanjang hari, begadang semalaman, dan mempersembahkan daun Bilva kepada Dewa Siwa. Mereka juga mengunjungi kuil-kuil Siwa dan melakukan berbagai upacara keagamaan, seperti abhiseka (pemandian arca Siwa) dan pemujaan lingga (simbol Siwa).

Di Bali, Sivaratri dirayakan dengan melakukan brata (pantangan) selama 36 jam, yang disebut Tri Brata Sivaratri. Tri Brata Sivaratri terdiri dari upawasa (tidak makan dan minum), mona (tidak berbicara), dan jagra (tidak tidur). Umat Hindu di Bali juga melakukan persembahyangan di pura-pura, membaca kitab suci Siwaratri Kalpa, dan melakukan berbagai upacara keagamaan, seperti mebayuh oton (upacara penyucian diri).

BACA JUGA :  Melukat saat Banyupinaruh, Umat Kunjungi Pantai Masceti
Ilustrasi persembahyangan umat Hindu di Bali. (Foto: Wisnu Widjojo/Unsplash)

Perbedaan ritual dan tradisi ini mencerminkan perbedaan dalam interpretasi dan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari ajaran Siwa. Di India, penekanan lebih pada praktik puasa dan persembahan, sementara di Bali, penekanan lebih pada praktik pengendalian diri dan introspeksi.

Meskipun terdapat perbedaan dalam pelaksanaan, makna dan tujuan perayaan Sivaratri di India dan Bali pada dasarnya sama. Sivaratri merupakan malam perenungan dan introspeksi diri bagi umat Hindu. Ini adalah waktu untuk memohon pengampunan atas dosa-dosa, memperkuat iman, dan mendekatkan diri kepada Dewa Siwa.

Sivaratri juga dipercaya sebagai malam ketika Dewa Siwa melakukan Tandava, tarian kosmik yang melambangkan penciptaan, pemeliharaan, dan penghancuran alam semesta. Dengan merayakan Sivaratri, umat Hindu berharap dapat memperoleh berkah dari Dewa Siwa dan mencapai pembebasan spiritual (Moksha).

Di India, Mahasivaratri sering dikaitkan dengan kisah pernikahan Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang melambangkan penyatuan antara kesadaran murni (Siwa) dan energi dinamis (Parwati). Sementara itu, di Bali, Sivaratri sering dikaitkan dengan kisah Lubdhaka, seorang pemburu yang secara tidak sengaja melakukan puasa dan begadang semalaman, sehingga memperoleh berkah dari Dewa Siwa.

BACA JUGA :  Kejaksaan Negeri Gianyar Sosialisasikan Pengelolaan Dana Desa dan Aplikasi Jaga Desa

Sivaratri adalah perayaan suci bagi umat Hindu di seluruh dunia. Meskipun terdapat perbedaan dalam pelaksanaan di India dan Bali, makna dan tujuan perayaan ini tetap sama. Sivaratri adalah waktu untuk merenungkan diri, memohon pengampunan, dan mendekatkan diri kepada Dewa Siwa.

Perbedaan dalam pelaksanaan Sivaratri di India dan Bali mencerminkan kekayaan dan keragaman budaya Hindu. Ini juga menunjukkan bagaimana agama dapat beradaptasi dan berakulturasi dengan budaya lokal, sambil tetap mempertahankan inti ajarannya. (WIJ)

Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber, diantaranya:

 

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

KLUNGKUNG, BALINEWS.ID – Upacara ngaben Jro Mangku Nengah Setar di Setra (Kuburan) Sakti, Kecamatan Nusa Penida berlangsung khidmat...

BADUNG, BALINEWS.ID – Bali kembali mengukuhkan posisinya sebagai destinasi wisata terbaik dunia dengan meraih gelar “The Best Island”...

GIANYAR, BALINEWS.ID – DPRD Kabupaten Gianyar menjalin kerjasama dengan Kejaksaan Negeri Gianyar melalui kesepakatan bersama (MoU) tentang Penanganan...

NASIONAL, BALINEWS.ID – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sosial (Kemensos) sedang mempersiapkan program Sekolah Rakyat yang direncanakan akan dimulai...

Breaking News

Berita Terbaru
kos
PSN
IU
PKB
ASN
KPK
BNN
PAD
TKP
KAI
SEO
BSN
Tas
lpd
5km
Run
Sar
UKT
tni
bkk
PLN
api
KTP
KEK
MoU
Kue
WNA
PMK
BPS