GLOBAL, BALINEWS.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah dibuka menguat pada awal perdagangan Kamis pagi (10/4/2025), didorong sentimen positif dari Amerika Serikat yang menunda pemberlakuan tarif impor resiprokal selama 90 hari.
Berdasarkan data RTI, pada pukul 09.02 WIB, IHSG menguat signifikan sebesar 266,65 poin atau 4,47 persen ke level 6.234,64. Sebanyak 394 saham berada di zona hijau, sementara hanya 38 saham yang terkoreksi dan 97 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp 1,87 triliun dengan volume perdagangan mencapai 2,12 miliar saham.
Kinerja positif pasar saham turut diiringi penguatan mata uang rupiah. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.09 WIB, rupiah menguat 86 poin atau 0,51 persen ke posisi Rp 16.786,5 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.872,5.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyebutkan penguatan pasar ini merupakan reaksi atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang menunda tarif impor tambahan terhadap puluhan mitra dagangnya, kecuali China yang tetap dikenai bea masuk tinggi hingga 125 persen.
“Langkah ini memberikan angin segar bagi pelaku pasar global. Meski bersifat sementara, keputusan ini mampu mengendurkan ketegangan dagang dan mengurangi kekhawatiran investor terhadap potensi resesi global,” ujar Nico dalam analisisnya.
Sebagai catatan, keputusan Trump ini diumumkan 13 jam setelah tarif baru untuk 56 negara dan Uni Eropa resmi berlaku. Perubahan arah kebijakan tersebut turut mendorong penguatan indeks Wall Street pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat.
Sementara itu, bursa Asia juga menunjukkan tren positif. Indeks Strait Times melonjak 5,80 persen ke level 3.590,39, Shanghai Composite menguat 1,52 persen ke level 3.235,15, Nikkei 225 terbang 8,34 persen ke 34.358,60, dan Hang Seng naik 4,45 persen ke 21.165,50.
Meski demikian, Nico mengingatkan bahwa penguatan IHSG masih bersifat terbatas. “Secara teknikal, IHSG berada di area support dan resistance pada level 5.880 hingga 6.160,” tuturnya.
Kondisi pasar yang membaik ini menunjukkan bagaimana keputusan politik global, terutama dari AS, tetap menjadi katalis penting bagi arah pergerakan pasar keuangan, termasuk di Indonesia. (*)