Demo ‘Overtourism’ di Spanyol, Mungkinkah Bali Mengalami Hal Serupa?

Share:

Protes Overtourism, Warga Spanyol Semprot Turis Pakai Pistol Air. (LLUIS GENE / AFP)
Protes Overtourism, Warga Spanyol Semprot Turis Pakai Pistol Air. (LLUIS GENE / AFP)

BALINEWS.ID – Fenomena demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota wisata Spanyol, seperti Barcelona dan Mallorca, menjadi alarm bagi dunia pariwisata global. Ribuan warga lokal turun ke jalan, menyuarakan keresahan atas dampak negatif dari pariwisata massal atau overtourism yang tak terkendali. Mereka menyemprotkan air ke arah turis asing, bukan sebagai bentuk kekerasan, melainkan simbol penolakan terhadap sistem yang dianggap mengorbankan warga asli demi kenyamanan pelancong.

Di balik aksi tersebut tersimpan kecemasan, harga sewa tempat tinggal yang kian tak terjangkau, hilangnya akses terhadap hunian layak, dan terpinggirkannya identitas budaya lokal yang perlahan tergerus oleh komersialisasi.

BACA JUGA :  Jembrana Kirim 24 Warga Raih Peluang Emas di Jepang

Keresahan serupa kini mulai terasa di Bali. Pulau yang selama ini menjadi destinasi wisata unggulan dunia, perlahan menghadapi tekanan yang mirip dengan kota-kota di Spanyol. Harga tanah dan properti melonjak tajam, bukan hanya di kawasan wisata seperti Seminyak atau Ubud, tapi merambat hingga desa-desa yang sebelumnya jauh dari sorotan wisatawan.

Tak sedikit warga Bali yang akhirnya tergoda menjual tanah warisan leluhur demi keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Ironisnya, generasi muda Bali yang ingin membangun kehidupan di tanah kelahirannya sendiri justru semakin sulit mengakses kepemilikan lahan karena daya beli mereka tak mampu menyaingi investor asing atau spekulan properti.

BACA JUGA :  Jual Gas LPG 12 KG Murah Ternyata Oplosan, 2 Pria di Denpasar Dibekuk

Situasi ini patut menjadi bahan refleksi kolektif, terutama bagi para pelaku industri pariwisata dan pemangku kebijakan. Pariwisata seharusnya menjadi jalan bagi kesejahteraan bersama, bukan menciptakan ketimpangan dan keterasingan di rumah sendiri. Jika tidak ada upaya konkret untuk menyeimbangkan pertumbuhan pariwisata dengan perlindungan terhadap ruang hidup dan hak-hak masyarakat lokal, maka bukan tak mungkin Bali akan menyusul jejak kota-kota di Eropa yang kini mulai memberontak.

Ke depan, pembangunan pariwisata harus berpijak pada prinsip keberlanjutan, ekonomi yang inklusif, budaya yang lestari, dan ruang hidup yang tetap layak bagi generasi Bali selanjutnya. (*)

BACA JUGA :  Wow! Kepala BGN Ungkap Peluang Serangga Jadi Menu Makan Siang Bergizi

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

UBUD, BALINEWS.ID – The culinary scene in Ubud gets a vibrant new addition as Spice by Blake opens...

TABANAN, BALINEWS.ID – Hujan lebat yang mengguyur wilayah Kabupaten Tabanan, Bali, pada Minggu (6/7/2025), memicu banjir di sejumlah...

TABANAN, BALINEWS.ID – Maraknya pembangunan bangunan liar tanpa izin maupun melanggar aturan tata ruang di Bali sedang gencar...

BALINEWS.ID – Tim SAR gabungan dari TNI Angkatan Laut berhasil menemukan satu jenazah korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama...

Breaking News

Berita Terbaru
LSD
GWK
BBM
P3K
BSU
DLH
OTA
CSR
BK
HIV
ABK
Teh
LPG
SIM
PNS
NTT
STT
PBB
PON
Bir
PMI
DIY
SBY
BCL
Art
SMP
PAW
IKN
PHK
NIK
USG
Pil
ATM
atv
DPR
AHY
kos
PSN
IU
PKB
ASN
KPK
BNN
PAD
TKP
KAI
SEO
BSN
Tas
lpd
5km
Run
Sar
UKT
tni
bkk
PLN
api
KTP
KEK
MoU
Kue
WNA
PMK
BPS