Jutaan Pekerja di Indonesia Terancam PHK Imbas Tarif Trump

Share:

Ilustrasi pekerja sektor tekstil.
Ilustrasi pekerja sektor tekstil.

NASIONAL, BALINEWS.ID – Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bukan hanya menimbulkan gejolak ekonomi global, tetapi juga mengancam stabilitas tenaga kerja di Indonesia. Diperkirakan sebanyak 1,2 juta pekerja di Indonesia berpotensi mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat memanasnya perang dagang antara AS dan China.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menyebut bahwa angka tersebut merupakan proyeksi dari seluruh sektor industri dalam kurun waktu satu tahun. Dari total tersebut, sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi yang paling rentan, dengan potensi PHK mencapai 191 ribu pekerja.

BACA JUGA :  35 Ribu Korban PHK Klaim BPJS Ketenagakerjaan, Nilainya Capai Rp 161 M!

“Penyerapan tenaga kerja di industri tekstil diperkirakan akan menyusut signifikan. Ini merupakan hitungan kasar dari dampak langsung terhadap ekspor kita,” jelas Huda dalam keterangan tertulis, dikutip TVOneNews, Selasa (22/4).

Menurutnya, setiap kenaikan 1 persen tarif impor dari AS dapat berdampak pada penurunan volume ekspor sebesar 0,8 persen. Hal ini diperparah dengan tingginya ketergantungan ekspor produk tekstil Indonesia ke pasar AS, serta maraknya impor produk sejenis dari China yang lebih murah dan membanjiri pasar dalam negeri.

BACA JUGA :  Gudang Daging di Kuta Ludes Terbakar, Api Diduga Dipicu Sisa Panas Tungku

“Akibatnya, nilai tambah dari industri TPT semakin tergerus, dan ini sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan usaha dan pekerja lokal,” imbuh Huda.

Kondisi ini tak lepas dari langkah agresif Presiden Trump yang menandatangani perintah eksekutif penetapan tarif timbal balik terhadap produk impor dari berbagai negara. Tarif dasar ditetapkan sebesar 10 persen, dan tarif tambahan hingga 32 persen dikenakan terhadap negara-negara dengan defisit perdagangan tinggi terhadap AS, termasuk Indonesia.

Tak hanya itu, sejak 9 April, AS juga mulai menerapkan tarif dasar 10 persen selama 90 hari terhadap lebih dari 75 negara yang tidak mengambil langkah balasan atau menolak negosiasi, dengan pengecualian hanya untuk China.

BACA JUGA :  Pengecer Bisa Kembali Berjualan Gas LPG 3 KG Dengan Nama Sub-Pangkalan

Situasi ini memunculkan kekhawatiran luas, khususnya di sektor-sektor padat karya yang sangat bergantung pada ekspor. Pemerintah Indonesia pun didesak untuk segera menyikapi ancaman ini dengan langkah-langkah strategis guna melindungi industri dalam negeri dan mencegah gelombang PHK massal. (*)

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

BULELENG, BALINEWS.ID – Seorang remaja laki-laki meninggal setelah terseret arus laut di Pantai Tangguwisia, Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt,...

GIANYAR, BALINEWS.ID – A stimulating culinary journey through history returns with the second edition of Rasayatra, a narrative...

GIANYAR, BALINEWS.ID – Perjalanan rasa yang menggugah sejarah kembali hadir lewat edisi kedua Rasayatra, program kuliner naratif besutan...

DENPASAR, BALINEWS.ID – Calon Ketua Umum (Ketum) Asprov PSSI Bali, Anak Agung Ngurah Garga Chandra Gupta yang akrab...

Breaking News

Berita Terbaru
PON
Bir
PMI
DIY
SBY
BCL
Art
SMP
PAW
IKN
PHK
NIK
USG
Pil
ATM
atv
DPR
AHY
kos
PSN
IU
PKB
ASN
KPK
BNN
PAD
TKP
KAI
SEO
BSN
Tas
lpd
5km
Run
Sar
UKT
tni
bkk
PLN
api
KTP
KEK
MoU
Kue
WNA
PMK
BPS