INTERMESO, Balinews.id – Hari suci Tumpek Krulut atau dikenal juga sebagai Tumpek Lulut, merupakan salah satu hari suci dalam kalender Pawukon yang dirayakan masyarakat Hindu di Bali setiap 210 hari, tepatnya pada hari Sabtu, Wuku Krulut. Hari ini dimaknai sebagai hari kasih sayang dan cinta kasih universal, tidak hanya antara manusia, tetapi juga terhadap alam dan seluruh makhluk hidup.
Secara etimologis, kata Krulut berasal dari kata lulut, yang berarti kasih sayang, welas asih, dan ikatan batin. Berdasarkan Lontar Sundarigama, Tumpek Krulut merupakan hari pemujaan kepada Ida Sang Hyang Iswara, manifestasi Tuhan dalam aspek keindahan dan seni. Oleh karena itu, hari ini juga disebut Tumpek Gong, karena gong sebagai alat musik gamelan dianggap sebagai simbol seni yang menciptakan harmoni melalui bunyi dan irama yang indah.
Dalam konteks kekinian, Pemerintah Provinsi Bali melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2023, mengajak masyarakat untuk memaknai Tumpek Krulut sebagai momen memperkuat rasa cinta kasih antar sesama. Bentuk implementasinya bisa berupa kunjungan keluarga, kegiatan sosial, hingga menyampaikan ucapan selamat untuk menjaga keharmonisan hubungan.
Tumpek Krulut menjadi pengingat penting bahwa cinta kasih tidak hanya sebatas perasaan, melainkan dapat diekspresikan melalui tindakan nyata yang selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal Bali, seperti Tri Hita Karana — keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. (*)