KLUNGKUNG, BALINEWS.ID – Sebuah mimpi besar tengah dirancang untuk menjadikan Puncak Bukit Mundi di Nusa Penida sebagai pusat seni monumental baru di Bali. Terinspirasi dari kemegahan Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Badung, Bupati Klungkung, I Made Satria, berencana menggandeng maestro seni patung Indonesia, I Nyoman Nuarta, untuk menciptakan ikon budaya dan seni baru di puncak tertinggi Nusa Penida itu.
Puncak Bukit Mundi yang terletak di Dusun Rata, Desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida, selama ini lebih dikenal sebagai kawasan spiritual dengan keberadaan Pura Puncak Mundi. Namun, bagi Bupati Satria, kawasan tersebut menyimpan potensi artistik dan visual yang luar biasa, yang layak diangkat ke panggung pariwisata dunia.
“Dari puncak tertinggi ini, kita bisa melihat hamparan laut biru, siluet Gunung Agung yang megah, serta keindahan alam yang tak kalah dengan tempat-tempat ikonik lainnya di Bali. View-nya mengingatkan saya pada GWK. Di sana ada tanah negara seluas sekitar 18 hingga 22 hektare yang sangat ideal untuk ditata secara artistik,” ujar Bupati Satria, Rabu (9/7/2025).
Tak sekadar menata ulang kawasan, Bupati Satria ingin menghadirkan karya seni monumental yang mencerminkan identitas Nusa Penida—baik dari sisi sejarah, budaya, maupun kekuatan alamnya. Untuk mewujudkan ide tersebut, ia menyatakan komitmennya untuk menggandeng langsung Nyoman Nuarta, sang pematung legendaris di balik kemegahan GWK.
“Nusa Penida memiliki begitu banyak elemen ikonik—dari mitologi lokal, tradisi sakral, hingga lanskap alam yang dramatis. Saya ingin berdiskusi langsung dengan Pak Nyoman Nuarta untuk menentukan ikon seperti apa yang bisa diwujudkan di sini, yang lahir dari semangat dan karakter khas Nusa Penida,” jelasnya.
Karena keterbatasan anggaran daerah, proyek ini direncanakan akan direalisasikan melalui kolaborasi dengan investor. Bupati optimistis gagasan ini akan menarik banyak pihak, mengingat posisi Nusa Penida yang kini telah menjadi magnet wisatawan dunia.
“Saya yakin ide besar ini akan dengan mudah mendapat dukungan investasi. Ketika seni, budaya, dan potensi pariwisata disatukan dalam satu kawasan, dampaknya akan sangat besar bagi masyarakat dan citra daerah. Ini bukan sekadar pembangunan, tapi pewarisan nilai seni dan identitas Bali ke masa depan,” tegasnya.
Jika terwujud, kawasan ini tidak hanya akan menjadi destinasi wisata baru, tetapi juga ruang refleksi dan apresiasi terhadap seni monumental Bali di abad ke-21—sebuah “GWK kedua” yang lahir dari semangat dan jiwa Nusa Penida.