GLOBAL, BALINEWS.ID – Kehadiran DeepSeek, teknologi kecerdasan buatan (AI) asal China, mengguncang pasar Amerika Serikat (AS). Dampaknya begitu masif hingga membuat perusahaan raksasa teknologi seperti Nvidia kehilangan nilai pasar hingga US$600 miliar atau setara Rp9.731,7 triliun (kurs Rp16.219 per dolar AS).
Tak hanya itu, layanan AI bernama DeepSeek R1 juga berhasil menjadi pesaing berat platform populer seperti ChatGPT milik OpenAI dan Gemini. Kemunculannya bahkan memantik reaksi keras dari Presiden AS, Donald Trump.
“Peluncuran DeepSeek menjadi peringatan besar bagi industri teknologi Amerika. Kita harus fokus untuk tetap unggul dalam persaingan ini,” ujar Trump, Senin (27/1), dikutip dari Reuters.
Berikut fakta-fakta menarik tentang DeepSeek yang berhasil mengguncang AS:
1. Startup Muda dengan Ambisi Besar
DeepSeek merupakan startup yang baru didirikan setahun lalu oleh seorang manajer dana lindung nilai China, Liang Wenfeng. Melalui perusahaannya bernama High-Flyer, Wenfeng mengarahkan fokus bisnisnya ke pengembangan kecerdasan buatan. Meski tergolong baru, DeepSeek berhasil menarik perhatian industri teknologi berkat inovasi-inovasinya.
2. Biaya Pengembangan Super Murah
Salah satu keunggulan DeepSeek adalah efisiensi biaya pengembangan. Dengan hanya menghabiskan US$5,6 juta, mereka berhasil menciptakan model AI dasar R1. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan dana miliaran dolar yang dihabiskan oleh perusahaan-perusahaan teknologi AS.
Keunggulan biaya ini menjadi ancaman besar, karena mampu mengubah peta persaingan di dunia kecerdasan buatan secara global.
3. Melawan Kekangan AS
DeepSeek R1 hadir sebagai open-source yang memungkinkan pengembang AI di seluruh dunia mengakses dan memanfaatkannya. Hal ini semakin mengesankan karena teknologi ini berhasil dikembangkan di tengah pembatasan ketat ekspor chip dari AS ke China.
Dalam tiga tahun terakhir, pemerintah AS telah memperketat ekspor chip untuk membatasi kemampuan China dalam mengembangkan teknologi canggih. Namun, DeepSeek berhasil membuktikan bahwa China mampu mengatasi hambatan tersebut.
4. Nvidia Alami Kerugian Terbesar
Efek langsung dari peluncuran DeepSeek R1 dirasakan oleh Nvidia, produsen chip ternama asal AS. Nilai saham Nvidia anjlok hingga 17%, mencatat kerugian pasar terbesar dalam sejarah perusahaan—lebih dari Rp9.731,7 triliun hanya dalam sehari.
Investor di Wall Street bereaksi dengan aksi jual besar-besaran, khawatir dominasi perusahaan AI berbasis di AS akan terancam oleh teknologi murah asal China ini.
5. Fenomena di AS
Meski berasal dari China, DeepSeek R1 justru menjadi aplikasi AI paling diburu di Amerika Serikat. Aplikasi ini meraih posisi teratas sebagai aplikasi gratis paling banyak diunduh di Apple Store.
Keberhasilannya bahkan mendapat pujian dari investor teknologi terkenal, Marc Andreessen, yang menyebut DeepSeek sebagai “momen Sputnik AI”—mengacu pada momen historis peluncuran satelit Sputnik milik Uni Soviet yang mengejutkan dunia.
6. Trump Ikut Angkat Bicara
Kemunculan DeepSeek memicu tanggapan dari Presiden AS, Donald Trump. Ia menilai keberhasilan China menciptakan teknologi AI murah seharusnya menjadi motivasi bagi perusahaan teknologi di AS untuk lebih inovatif.
“Kami selalu menjadi yang terdepan dalam ide-ide besar. Jika mereka bisa, kita juga pasti bisa. Malah, kita bisa melakukannya dengan biaya yang lebih murah dan hasil yang lebih baik,” tegas Trump.
7. Diserang Siber, Pendaftaran Dibatasi
Di tengah popularitasnya, DeepSeek R1 sempat menjadi target serangan siber. Hal ini memaksa perusahaan untuk membatasi pendaftaran pengguna baru. Namun, layanan tetap dapat diakses oleh pengguna yang telah terdaftar sebelumnya.
Langkah ini dilakukan untuk melindungi sistem dan memastikan stabilitas layanan AI mereka di tengah lonjakan perhatian dari berbagai pihak. (*)