Kemarau Datang Terlambat, Hujan Masih Mengguyur Banyak Wilayah

Share:

Ilustrasi musim kemarau (sumber foto: Pixabay)

NASIONAL, Balinews.id – Musim kemarau tahun 2025 disebut molor dan diprediksi akan berlangsung singkat dari biasanya. Hal ini diungkapkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Berdasarkan data, hingga awal Juni baru sekitar 19 persen wilayah Indonesia yang masuk kategori musim kemarau, sementara sebagian besar lainnya masih berada dalam musim hujan.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa kondisi ini disebabkan oleh curah hujan tinggi yang terjadi selama April dan Mei, periode yang seharusnya menjadi masa peralihan ke musim kemarau.

BACA JUGA :  Mau Nonton Pawai Ogoh-Ogoh? Cek Ramalan Cuaca Saat Pengerupukan Besok di Bali

“Prediksi musim dan bulanan yang kami rilis sejak Maret lalu menunjukkan adanya anomali curah hujan yang di atas normal di wilayah-wilayah tersebut, dan ini menjadi dasar utama dalam memprediksi mundurnya musim kemarau tahun ini,” ujar Dwikorita.

Peningkatan curah hujan terutama terjadi di wilayah selatan Indonesia, seperti Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), yang menyebabkan daerah-daerah tersebut belum bisa beralih ke musim kemarau sesuai jadwal klimatologis.

BACA JUGA :  19 Pengendara 'Nakal' Ditindak di Hari Pertama Ops Patuh Agung 2025

Berdasarkan analisis data curah hujan pada awal Juni 2025, sebanyak 72 persen wilayah berada dalam kategori Normal, 23 persen Bawah Normal (lebih kering dari biasanya), dan hanya 5 persen wilayah yang masih mengalami curah hujan di atas normal. Meski tren kemarau mulai terasa, transisi belum merata di seluruh Indonesia.

BMKG juga memperkirakan bahwa kondisi hujan di atas normal masih akan berlanjut di beberapa wilayah hingga Oktober 2025. Artinya, musim kemarau tahun ini akan lebih pendek dan tetap disertai hujan di banyak tempat.

BACA JUGA :  Anggaran BMKG Dipangkas 50 Persen, Bagaimana Nasib Alat Deteksi Tsunami-Gempa?

Dwikorita menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi perubahan iklim yang makin tak menentu.

“Kita tidak bisa lagi berpaku pada pola iklim lama. Perubahan iklim global menyebabkan anomali-anomali yang harus kita waspadai dan adaptasi harus dilakukan secara cepat dan tepat,” tegasnya (*)

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

INTERMESO, BALINEWS.ID - Mau punya badan berisi dan otot yang terbentuk? Latihan di gym boleh saja jadi langkah...
DENPASAR, BALINEWS.ID - Mengambil tema The Space We Breathe dan The Space Between Sounds, Sthala Ubud Villa Jazz...
JEMBRANA, BALINEWS.ID - IYM (32) pelaku pencurian sepeda motor di depan toko cat Jalan Kepundung, Kelurahan Loloan Barat,...
JEMBRANA, BALINEWS.ID - Seorang pria berinisial M (36) harus berurusan dengan pihak kepolisian lantaran melakukan perampokan. Sasarannya adalah...

Breaking News

Berita Terbaru
MDA
SMA
AS
LSD
GWK
BBM
P3K
BSU
DLH
OTA
CSR
BK
HIV
ABK
Teh
LPG
SIM
PNS
NTT
STT
PBB
PON
Bir
PMI
DIY
SBY
BCL
Art
SMP
PAW
IKN
PHK
NIK
USG
Pil
ATM
atv
DPR
AHY
kos
PSN
IU
PKB
ASN
KPK
BNN
PAD
TKP
KAI
SEO
BSN
Tas
lpd
5km
Run
Sar
UKT
tni
bkk
PLN
api
KTP
KEK
MoU
Kue
WNA
PMK
BPS