GIANYAR, BALINEWS.ID – Puluhan sopir angkutan siswa (angsis) yang biasa mengantar siswa SMP di Gianyar mengeluhkan adanya pemotongan upah harian mereka. Sebelumnya, mereka menerima upah sebesar Rp 320 ribu per hari untuk dua kali angkutan pagi dan sore, namun kini upah tersebut dipotong menjadi Rp 280 ribu.
Pada Kamis (13/2/2025), para sopir mendatangi kantor Dinas Perhubungan Gianyar untuk menyampaikan keluhan mereka. Kepala Dinas Perhubungan Gianyar, Made Arianta, menjelaskan bahwa pemotongan tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk merancang sistem pengupahan yang lebih adil dan seimbang bagi para sopir angkutan siswa.
Arianta mengungkapkan, Sebelumnya, dalam temuan 2024, ada sopir yang hanya menerima antara Rp 140 ribu hingga Rp 170 ribu untuk angkutan sesi pagi saja. “Sementara yang mengangkut siswa pagi dan sore bisa mendapatkan hingga Rp 300 ribu. Pada 2025, kami merancang sistem yang membuat kesenjangan upah tidak terlalu besar,” ujarnya.
Menurut Arianta, perhitungan upah sopir angkutan siswa kini dihitung per sesi dengan menggunakan BOK (Beban Operasional Kendaraan), yang dihitung dua kali. Sistem pengupahan baru ini mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk biaya investasi kendaraan, pajak Samsat, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, serta biaya servis sparepart kendaraan.
Dulu, sopir bisa mendapatkan dua kali angkutan dengan upah yang lebih tinggi, namun kini sistem tersebut diselaraskan agar lebih adil dan standar. Untuk sesi pagi, sopir akan menerima 100 persen dari BOK, sementara sesi pagi dan sore akan menerima 148 persen dari BOK.
“Saat ini, meskipun ada pemotongan, sopir tetap dapat menerima upah yang sebanding dengan beban biaya yang mereka tanggung,” lanjut Arianta.
Lebih lanjut, Arianta menjelaskan bahwa Dinas Perhubungan Gianyar juga tengah melakukan intensifikasi layanan angkutan siswa. Pada 2024, dari 300 kuota armada yang dibutuhkan, hanya 270 armada yang mendaftar. Meskipun jumlah angkutan pedesaan sudah mencapai batas maksimal, trayek-trayek baru terus muncul, seperti trayek baru di Payangan dan Bukian, yang memungkinkan satu armada mengakses dua rute.
Pada 2025, terdapat 181 trayek yang melayani 27 sekolah negeri, dengan kebutuhan armada sebanyak 369 unit. Saat ini, sudah terisi 311 armada. Sebagian besar armada mengalami kenaikan pendapatan, meskipun ada 113 armada yang mengalami penurunan pendapatan. Penurunan ini dianggap tidak signifikan dan merupakan bagian dari program pemerataan pendapatan.
“Kami berharap kebijakan ini dapat menciptakan pemerataan penghasilan di antara sopir angkutan siswa dan meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat,” pungkas Arianta. (bip)