NASIONAL, BALINEWS.ID – Berdasarkan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia mencatatkan penurunan pada Maret 2025. Total penduduk miskin mencapai 23,85 juta jiwa atau setara 8,47 persen dari total populasi.
“Dibandingkan September 2024, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 200 ribu orang,” ungkap Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (25/7/2025).
Penurunan ini merupakan kelanjutan tren yang telah berlangsung sejak Maret 2023. Saat itu, angka kemiskinan tercatat 9,36 persen dan terus turun secara konsisten. Sebagai perbandingan, pada Maret 2024 tingkat kemiskinan masih berada di angka 9,03 persen atau sekitar 25,22 juta orang.
Ateng menyebutkan, salah satu faktor utama yang mendorong perbaikan ini adalah pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil.
“Pada kuartal I-2025, pertumbuhan ekonomi kita berada di angka 4,87 persen,” jelasnya.
Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan performa positif. Pada Februari 2025, NTP tercatat sebesar 123,45, menandakan petani menerima harga lebih baik dibanding pengeluaran yang harus mereka keluarkan.
BPS juga mencatat adanya penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT), terutama di wilayah perdesaan. Penurunan TPT di desa disebut lebih signifikan dibandingkan kota.
Namun demikian, tren positif ini tidak merata. Di wilayah perkotaan, tingkat kemiskinan justru mengalami kenaikan tipis menjadi 6,73 persen dari sebelumnya 6,66 persen. Sebaliknya, kemiskinan di perdesaan menurun dari 11,34 persen menjadi 11,03 persen.
“Ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi lebih cepat dirasakan di desa-desa,” ujar Ateng.
BPS juga mencatat dinamika harga pangan yang cukup bervariasi. Sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga, seperti minyak goreng, cabai rawit, dan bawang putih. Namun, beberapa bahan pokok juga mengalami penurunan, seperti beras, ayam ras, dan bawang merah.
Tak hanya itu, kebijakan pemerintah dalam memberikan diskon 50 persen tarif listrik hingga Februari 2025 juga turut memberikan kontribusi terhadap tekanan inflasi yang lebih rendah.
Standar garis kemiskinan turut mengalami peningkatan menjadi Rp 609.160 per kapita per bulan, naik dari Rp 582.932 pada Maret tahun sebelumnya. Meski demikian, penurunan jumlah penduduk miskin menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mampu beradaptasi dengan kenaikan tersebut.
“Kenaikan garis kemiskinan itu menunjukkan peningkatan kebutuhan dasar, tapi juga bisa mencerminkan daya beli masyarakat yang mulai membaik,” tutup Ateng. (*)