GIANYAR, BALINEWS.ID – Dua seniman asal Gianyar yang namanya dikenal luas, menerima penghargaan Wina Kusuma dari Pemerintah Kabupaten Gianyar. Penghargaan diberi kepada peniup suling Agus Teja Sentosa dan gitaris Balawan.
“Bagi saya dengan penghargaan atau tanpa penghargaan sekalipun, saya tetap berkarya karena hidup saya memang di sini, saya sampai saat ini totalitas saya adalah sebagai seorang musisi. Disamping itu, saya juga membuat alat musik tiup untuk saya pergunakan,” ujar Agus Teja Sentosa, pria yang akrab disapa Gus Teja tersebut.
Meskipun mengaku akan terus berkarya tanpa penghargaan, musisi usia 43 tahun silam itu mengaku memiliki semangat baru ketika menerima penghargaan Wija Kusuma.
“Tapi kalau boleh jujur, saya bilang Wija Kusuma memberikan semangat tambahan kepada diri saya, saya merasa bangga diapresiasi oleh pemerintah. Itu adalah hal yang sangat luar biasa bagi saya sebagai seorang seniman dan tentunya ini akan menjadi sebuah motivasi bagi saya untuk berkarya lebih baik ke depannya,” lanjutnya.
Gus teja juga meminta agar pemerintah bisa memberikan wadah khusus bagi anak-anak muda untuk menampilkan karya mereka mengingat saat ini banyak talenta muda berbakat yang ada di Gianyar yang perlu diberikan panggung untuk berkesenian. Jadi harapannya pemerintah setiap satu kali dalam seminggu dapat menggelar suatu pertunjukan yang diisi oleh talenta-talenta muda Gianyar sehingga mereka memiliki panggung untuk menampilkan karyanya.
Melalui Gus Teja World Music, Gus Teja tak sekadar tampil indah di panggung, melainkan menjadi jembatan antara Timur dan Barat, antara tradisi dan modernitas. Di dalamnya, Gus Teja mengawinkan suara suling Bali dengan gamelan, gitar, bass, dan elemen musik dunia lainnya. Lahirlah harmoni lintas budaya yang tak pernah kehilangan akar.
Begitupula dengan I Wayan Balawan, musisi asal Desa Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali, telah menjembatani tradisi dan modernitas dalam lanskap musik dunia. Balawan lahir pada 9 September 1972, di lingkungan yang kaya akan budaya dan seni. Sejak kecil, ia telah akrab dengan gamelan, suara yang menjadi latar kehidupan masyarakat Bali. Namun, di antara dentingan gamelan itu, ada suara lain yang menarik perhatiannya, yakni suara gitar listrik. Ia mulai bermain gitar sejak usia delapan tahun, lalu membentuk band pertamanya saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Musik bukan sekadar hiburan baginya, melainkan panggilan hidup.
Penampilan Balawan dengan jemarinya yang menari lincah di atas gitar berleher ganda, menciptakan melodi yang seakan-akan berasal dari dimensi lain. Di balik kecepatan jarinya yang menakjubkan, tersimpan akar kuat dari budaya Bali yang mengalun indah melalui instrumen modern-nya. (bip)