BADUNG, BALINEWS.ID – Mantan Bupati Badung dua periode sekaligus tokoh nasional, Anak Agung Gde Agung (76), resmi menjalani prosesi Mebhiseka Ida Cokorda sebagai Ida Cokorda Mengwi XIII, Senin (7/7/2025) di Pura Taman Ayun, Mengwi. Upacara sakral ini melibatkan 11 sulinggih dari berbagai wilayah sebagai bentuk legitimasi spiritual dan adat terhadap status barunya sebagai pemangku utama di Puri Ageng Mengwi.
Rangkaian upacara diawali dari Merajan Puri Ageng Mengwi dengan pemasangan Destar Kebesaran oleh Ida Bhagawanta, yang kemudian dilanjutkan dengan puncak upacara di Pura Taman Ayun, salah satu pura warisan kerajaan Mengwi yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Dalam prosesi “Mejaya-Jaya”, Ida Bhagawanta membisikkan Bhiseka Ida Cokorda, sementara Jero Rsi menganugerahkan nama suci beserta gelar lengkap kepada Anak Agung Gde Agung dan sang istri. Acara dilanjutkan dengan pemberian tongkat komando dan pemasangan lencana kebesaran di dada, sebagai simbol tanggung jawab dan kehormatan baru yang diemban.
Dalam sambutannya, Ida Cokorda Mengwi XIII menyatakan bahwa pengabdiannya kini akan semakin diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan spiritual Bali, baik secara Niskala (spiritual) maupun Sekala (duniawi). Ia menegaskan bahwa prosesi Mebhiseka ini bukan hanya ritual keluarga puri, tetapi merupakan peristiwa budaya yang sarat makna bagi pelestarian warisan leluhur.
“Sebagai orang yang lahir di Puri, pengabdian kepada masyarakat, keluarga, dan utamanya adalah ngayah ring Ida Betara. Saya ingin meningkatkan pengabdian saya kepada masyarakat, memperkuat eksistensi Puri sebagai pusat budaya,” ujar Ida Cokorda, yang juga pernah duduk di DPD RI.
Menurutnya, pelestarian budaya tidak bisa dilepaskan dari peran Puri sebagai pusat nilai, tradisi, dan spiritualitas masyarakat Bali. Prosesi Bhiseka ini adalah wujud nyata dari upaya menjaga kesinambungan adat dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun sejak masa Ida Cokorda Sakti Blambangan, raja pertama yang memimpin Puri Mengwi.
Sementara itu, Ketua Panitia Wayan Subawa menjelaskan bahwa rangkaian upacara telah dipersiapkan secara matang dengan melibatkan berbagai unsur adat dan agama. Ia menekankan bahwa seluruh proses dilakukan sesuai pakem tradisi dan tata cara warisan leluhur Mengwi.
“Upacara ini merupakan momen penting, tidak hanya bagi keluarga Puri, tetapi juga bagi masyarakat luas yang masih menjaga nilai-nilai luhur Bali. Ini adalah bentuk komitmen untuk merawat dan meneruskan peradaban Bali,” ujarnya.
Dengan selesainya prosesi ini, Ida Cokorda Mengwi XIII diharapkan mampu menjadi sosok pemersatu dan panutan dalam menjaga keharmonisan, pelestarian budaya, dan penguatan spiritual masyarakat Bali di tengah tantangan zaman.