GIANYAR, BALINEWS.ID — Nama Agung Ketut Rai belakangan ramai diperbincangkan di jagat musik Bali. Lewat lagu Timpal Sirep yang diiringi jargon khas “Salam Aroh,” penyanyi pendatang baru asal Banjar Timbul, Tegallalang, ini mencuri perhatian publik. Namun di balik popularitasnya, tersimpan kisah hidup penuh perjuangan, kesabaran, dan tekad baja untuk mewujudkan mimpi masa kecil.
Agung lahir pada tahun 1977. Sejak kecil, ia telah menaruh minat pada dunia musik, terinspirasi dari lagu-lagu Mandarin yang populer di era 1990-an. “Saya dari kecil ingin sekali bisa bernyanyi. Tapi saya tahu diri, tidak punya apa-apa. Tidak ada modal, tidak ada dukungan pendidikan,” ungkapnya dalam podcast: Tolet Mana? https://www.youtube.com/watch?v=NDR2sfdP1gQ.
Terbatasnya ekonomi membuat Agung harus menunda impiannya. Ia tak sempat menamatkan pendidikan dasar. Sejak duduk di bangku kelas V SD, ia sudah bekerja mengukir patung kuda. Bahkan gurunya sempat tak percaya bahwa seorang anak seusianya bisa membuat ukiran sekompleks itu. “Setelah tamat SD, saya langsung meburuh ke daerah Jasan,” kenangnya.
Perjuangan hidupnya pun tidak mudah. Ia sempat dirawat di RSUP Sanglah karena sakit, namun harus dipulangkan karena tidak mampu menanggung biaya perawatan. Sekembalinya dari rumah sakit, ia membayar utangnya sedikit demi sedikit dengan kembali bekerja membuat patung kuda.
Tekad dan ketekunan menjadi modal utama Agung. Sembari bekerja memahat, ia juga berjualan kolang-kaling—produk yang ia konsumsi sendiri karena diyakini bermanfaat bagi kesehatan dan kekuatan persendian. “Habis 1 sampai 2 kilo sehari, dan itu saya jual juga. Saya suka kolang-kaling karena menyehatkan,” ujarnya.
Seiring waktu, Agung merambah ke bisnis kelapa, membuka bengkel kendaraan, hingga berdagang kayu. Meskipun tidak berbekal pendidikan formal, ia menekuni meditasi sebagai jalan untuk memurnikan diri dan memperkuat spiritualitas. “Saya tidak tamat sekolah, tapi saya mencari pemahaman hidup lewat meditasi. Saya ingin bisa menciptakan lapangan kerja, meskipun saya sendiri sulit secara keuangan,” katanya.
Kini, dengan dukungan penuh dari istri dan anak-anaknya, Agung Ketut Rai akhirnya bisa merekam lagu pertamanya. Timpal Sirep bukan hanya karya musik, tetapi juga cerminan perjalanan hidup yang berliku. Ia memaknai lagu ini sebagai bentuk pembuktian, bahwa siapa pun bisa berkarya asalkan berani bermimpi dan berusaha.
“Prinsip saya sederhana: bisnis jujur, hidup jujur, dan terus berusaha. Karena saya yakin, kalau sungguh-sungguh, pasti ada jalan,” tutup Agung.