BANGLI, BALINEWS.ID – Rencana pembangunan kapal pesiar di kawasan Danau Batur memicu respons dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Bangli yang menilai proyek tersebut perlu dikaji secara mendalam, terutama dari aspek lingkungan, sosial, budaya, hingga spiritual.
PC KMHDI Bangli menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak boleh hanya menitikberatkan pada aspek investasi semata. Dalam proses pembahasan kerja sama dengan investor, seluruh elemen masyarakat harus dilibatkan. Aktivis lingkungan, tokoh adat, tokoh masyarakat, budayawan, hingga akademisi dinilai penting duduk bersama untuk membahas dampak jangka panjang yang mungkin ditimbulkan dari pembangunan kapal pesiar di Danau Batur.
Lebih jauh, PC KMHDI Bangli mengingatkan potensi kerusakan yang bisa muncul. Pencemaran air, kerusakan alam, serta terganggunya keseimbangan ekosistem danau disebut sebagai ancaman serius yang harus diantisipasi sejak dini. Oleh karena itu, sebelum proyek berjalan, kajian lingkungan yang komprehensif harus dilakukan agar tidak menambah persoalan ekologis yang sudah ada.
Dalam pernyataannya, KMHDI Bangli juga menekankan pentingnya menjaga kesucian Danau Batur sesuai dengan visi-misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Salah satunya adalah konsep Danu Kerti, yang menempatkan danau bukan sekadar sumber air dan objek wisata, tetapi juga ruang sakral dengan nilai spiritual yang wajib dilestarikan.
“Pembangunan apapun di kawasan ini harus tetap berpegang pada keseimbangan antara investasi, pelestarian alam, budaya, dan spiritualitas masyarakat,” demikian penegasan mereka.
Sebagai alternatif, PC KMHDI Bangli mendorong pemerintah untuk mengedepankan program yang berpihak pada ekosistem dan masyarakat lokal. Misalnya dengan memperkuat upaya pemulihan danau melalui penanaman pohon, pengendalian pencemaran, serta pemberdayaan masyarakat berbasis pelestarian lingkungan. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring dengan terjaganya kelestarian Danau Batur.
Saat ini kondisi Danau Batur disebut sedang menghadapi tantangan serius. Karena itu, KMHDI Bangli mengajak seluruh pihak, baik pemangku adat, masyarakat, pemuda, maupun pemerintah, untuk lebih dahulu memikirkan langkah pemulihan ekosistem. Mereka menilai, hanya dengan ekosistem yang sehat, pembangunan pariwisata maupun ekonomi dapat berkelanjutan tanpa mengorbankan alam dan budaya Bali. (*)