Parah! Ratusan Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Membaca

Share:

Ilustrasi (sumber foto: Pexels)

BULELENG, Balinews.id – Mengejutkan! Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng mengungkap fakta mencengangkan terkait kemampuan literasi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah tersebut.

Diungkapkan sebanyak 155 siswa teridentifikasi tidak bisa membaca sama sekali, sementara 208 siswa lainnya dinyatakan tidak lancar membaca. Dengan demikian, total terdapat 363 siswa SMP di Buleleng yang menghadapi kendala dalam kemampuan membaca.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Disdikpora Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Menurutnya, metode pembelajaran dalam jaringan (daring) selama pandemi COVID-19 menjadi salah satu pemicu utama. Selain itu, faktor lain seperti disleksia, disabilitas, rendahnya motivasi belajar siswa, serta kurangnya dukungan maksimal dari orang tua juga turut berkontribusi.

BACA JUGA :  Kepala Daerah akan Pakai Baju Satpol PP saat Retreat di Magelang

“Penyebabnya lebih banyak karena semangat motivasi belajar anak yang rendah, termasuk dukungan orang tua sehingga tidak mendapat pendampingan maksimal. Kalau dari disleksia atau difabel ada, tapi persentasenya kecil,” jelas Plt. Kadis Ariadi.

Menyikapi hal tersebut, Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna, meminta agar Disdikpora dapat memberikan pendampingan khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca, serta mengeluarkan instruksi terkait pembatasan penggunaan smartphone di lingkungan sekolah.

Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng, I Made Sedana, turut memberikan pandangannya terkait persoalan ini. Ia menilai bahwa tingginya angka siswa yang belum bisa dan tidak lancar membaca merupakan indikasi rendahnya literasi di kalangan anak-anak.

BACA JUGA :  Kebakaran Mobil Travel di Jembrana Juga Hanguskan Tempat Potong Rambut

Menurut data yang didapatkan, selain faktor motivasi belajar para siswa yang rendah, saat ini anak-anak atau para siswa saat ini lebih senang bermain game yang justru tidak mengedukasi.

Faktor anak-anak yang suka main handphone dan kecanduan media sosial dan itu sangat berpengaruh kepada tingkat pembelajaran siswa dan bahkan ada siswa yang tidak bisa menulis di buku pelajaran.

Made Sedana menyarankan agar Disdikpora melakukan mapping awal untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik setiap siswa, termasuk kemungkinan adanya siswa dengan kebutuhan khusus. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya mencermati pola mengajar guru, apakah beban administrasi yang tinggi justru membuat guru kurang optimal dalam memberikan pengajaran yang efektif. (*)

BACA JUGA :  Gubernur Koster Berharap Tol Mengwi-Gilimanuk Berlanjut, Sampai Mana Progressnya?

Catatan: Jika Anda memiliki informasi tambahan, klarifikasi, atau menemukan kesalahan dalam artikel ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email atau melalui kontak di situs kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

BADUNG, BALINEWS.ID – Sebuah video yang memperlihatkan cekcok antara ojek lokal dan driver ojek online di kawasan wisata...

BADUNG, BALINEWS.ID – Aparat Polsek Kuta Selatan berhasil menangkap dua perempuan yang diduga menjadi bagian dari sindikat pencurian...

VIRAL, Balinews.id -Kantor Wilayah Kementrian Hukum (Kemenkum) Jawa Timur berencana memberikan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk sound horeg....

KLUNGKUNG, BALINEWS.ID – Ketersediaan armada pemadam kebakaran yang dimiliki Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Klungkung masih terbilang belum optimal,...

Breaking News