BANGLI, BALINEWS.ID – Polres Bangli terus mendalami kasus pembunuhan yang terjadi di arena tajen (sabung ayam) di Banjar Tabu, Desa Songan, Kecamatan Kintamani. Hingga Kamis (3/7/2025), penyidik resmi menetapkan lima orang sebagai tersangka, yang terlibat dalam dua perkara berbeda: pembunuhan/penganiayaan dan perjudian.
Empat dari lima tersangka dijerat dalam kasus kekerasan yang menewaskan Komang Awan Sutawan alias Mang Alam. Satu tersangka lainnya terkait praktik perjudian sabung ayam yang digelar di lokasi kejadian.
Kasubsi Penmas Polres Bangli, Aipda Nengah Wirata, Jumat (4/7), menjelaskan bahwa keempat tersangka dalam kasus penganiayaan adalah JR (52), KA (23), WD (56), dan JM (58), seluruhnya warga Desa Songan. Mereka diduga melakukan kekerasan secara bersama-sama terhadap Jro Luwes, yang sebelumnya menikam almarhum Mang Alam di lokasi tajen tersebut.
“Motifnya adalah pembalasan. Keempat pelaku merasa marah atas kejadian penusukan yang menewaskan rekan mereka. Mereka lalu menganiaya pelaku penusukan secara brutal,” ujar Wirata.
Dalam proses penyidikan, polisi mengamankan sejumlah barang bukti, di antaranya pakaian korban dan tersangka yang berlumuran darah serta satu buah linggis yang diduga digunakan saat kejadian. Para pelaku dijerat Pasal 170 ayat (2) ke-2 KUHP subsider Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dengan ancaman hukuman penjara hingga 7 tahun.
Sementara itu, penyidik juga menetapkan KS (29) sebagai tersangka kasus perjudian. Ia merupakan penyelenggara tajen yang digelar Sabtu, 14 Juni 2025, di lokasi yang sama. Dalam pengakuannya, KS menggelar sabung ayam bersama almarhum Mang Alam. Dari tangan tersangka, polisi menyita uang tunai Rp 500.000, sangkar ayam, pengeras suara, serta catatan taruhan.
KS dijerat dengan Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUHP juncto Pasal 2 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.
Polres Bangli menegaskan akan menindak tegas seluruh bentuk pelanggaran hukum, baik yang berkaitan dengan kekerasan maupun praktik perjudian ilegal.
“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga keamanan dan ketertiban bersama. Hindari aksi main hakim sendiri dan percayakan sepenuhnya kepada proses hukum,” tegas Aipda Wirata.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terpancing provokasi atau informasi yang belum terverifikasi. Semua pihak diminta menahan diri dan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus kepada aparat penegak hukum.