JEMBRANA, BALINEWS.ID – Masyarakat di Kabupaten Jembrana dihadapkan pada gelombang kekecewaan terhadap Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), terutama di Kecamatan Melaya. Banyak siswa yang justru ditempatkan di sekolah yang jauh dari rumah mereka, sementara yang tinggal dekat dengan SMA Negeri Melaya malah tersisih.
Selain itu, jurusan yang diambil juga tidak sesuai harapan, misalnya, yang berminat di bidang tata boga malah diarahkan ke perikanan, sedangkan yang tertarik pada akuntansi malah masuk ke keperawatan. Belum lagi, ada yang nilai akumulasi rapotnya lebih tinggi tetapi tidak diterima di sekolah terdekat mereka.
Kondisi ini mengguncang harapan banyak anak dan orang tua di wilayah tersebut. Mereka merasa frustrasi dan merasa tidak dihargai atas usaha dan pilihan mereka.
Inisiatif mereka menghadap langsung Ketua Komisi II DPRD Jembrana, I Ketut Suastika, S.Sos., MH, bukan bermaksud untuk mengadukan kemarahan, tetapi untuk menyuarakan harapan mereka. Masyarakat berharap suara mereka didengar dan perjuangan anak-anak mereka diakui.
“Masalah yang pertama, jarak antara tempat tinggal mereka dengan sekolah itu sangat jauh. Orang tua sudah tidak mungkin untuk setiap hari mengantar anaknya karena harus bekerja,” terang Ketut Suastika.
Suastika memberikan contoh, ada siswa yang tinggalnya di Desa Tukadaya, tetapi diterima di SMA Negeri 2 Gerokgak. Menurutnya, ini tentu adalah masalah yang serius, ditambah rute tersebut tidak ada angkutan umum yang beroperasi.
“Berarti anak-anak kita harus berangkat jam 4 subuh, ini adalah sistem penerimaan siswa yang saya kira perlu diperbaharui dan disempurnakan. Tolong akomodir mereka, jangan sampai anak-anak kita tidak melanjutkan studi karena kondisi sistem penerimaannya yang amburadul,” tegasnya.
“Hari ini mereka hampir patah semangat, bahkan ada yang menyatakan tak lanjut daftar ulang atau bahkan tidak bersekolah. Ini jelas-jelas pemerintah sudah melanggar UUD tentang pendidikan dasar 12 tahun,” tambahnya dengan nada tegas.
Ketut Suastika membeberkan beberapa solusi, mulai dari pembangunan ruang kelas baru di SMA Melaya untuk memungkinkan anak-anak bersekolah di tempat yang lebih dekat dan wajar bagi merekaa ataupun penyediaan angkutan sekolah gratis bagi yang terpaksa bersekolah di tempat yang jauh.
Selain itu, juga diperlukan perbaikan sistem PPDB agar lebih adil dan berpihak pada kebutuhan riil, bukan hanya pada aturan formal yang kaku. Bagi masyarakat, pendidikan adalah tentang harapan, cita-cita, dan masa depan anak-anak yang ingin tumbuh dan belajar di tanah kelahiran mereka sendiri. (*)